Pages


Tuesday, December 25, 2012

Sisa Waktu


Dentangan jarum jam semakin terasa mengusikku ditengah malam yang menyesakkan. Malam ini, aku tak lupa meneguk beberapa tablet penambah umurku. Aku harap itu benar-benar akan menambah umur meskipun aku tak benar-benar mempercayainya.  Melelahkan rasanya berada dalam bayang-bayang kematian yang siap setiap saat menerjangku jika aku melupakan masa pengobatanku walau sedetikpun. Benar-benar sangat membosankan hidup dikelilingi butiran benda-benda pahit ini, jarum tajam yang menusuk kulitku hampir setiap minggu dan orang-orang berpakaian putih kerap kali memandang iba kearahku seakan mereka sudah rela melihatku dijemput oleh para malaikat dari atas sana. Keadaan itu semakin membuatku merasa sendirian. Tanpa orangtua, mereka tega meninggalkan satu-satunya buah hati mereka sendirian di dunia fana ini. Mereka tega membiarkan aku merasakan pahitnya kehidupan yang begitu melelahkan. Manis yang kukecap hanya sementara. Otakku kembali memutar rekaman lampau yang menampilkan gambaran dan potongan-potongan episode itu. Apa kabar pemuda itu sekarang? Apa dia masih menungguku? Apa dia akan mengetahui alasan aku pergi darinya?
Kuharap dia tak pernah tahu. Kuharap dia berhenti menungguku. Kuharap dia takkan memaafkan aku lagi. Hey, kau! dimanapun kau berada sekarang ini berhentilah. Aku mohon berhentilah membuat pemberitaan orang hilang  di koran. Jangan kau cantumkan gambarku yang jelek di halaman utama. Sungguh aku sangat tak menyukainya, seolah aku adalah sang putri yang hilang karena kabur dari istana. Cobalah untuk tidak menghabiskan uangmu hanya untuk mencariku. Carilah gadis lain yang lebih baik, lebih sehat, dan yang mampu memberimu masa depan. Kenapa kau begitu mementingkan dirimu sendiri ? Kau membiarkan keegoisan mengusai hatimu. Cinta tak bisa membuatmu bahagia selamanya, tolonglah mengerti hal itu. Setelah 4 bulan aku kira pikiran keras kepalamu telah menghilang tapi ternyata malah semakin menjadi-jadi. Aku mohon, berhentilah. Kau telah mengemudi terlalu jauh di jalan yang salah. Berputar baliklah, kembali ke jalan yang seharusnya kau lalui sebelum kau tersesat. Aku yakin jika kau hidup dengan gadis menyedihkan sepertiku, kau hanya akan bosan dan lelah ketika melihatku menghabiskan sisa menit dan detik hanya untuk mengeluh kesakitan. Aku tak ingin jika suatu saat nanti aku akan terjatuh pingsan ketika kita sedang berkencan. Aku juga tak ingin jika aku akan menghembuskan napas terakhir dan ambruk ketika kau mengucapkan janji di altar. Aku selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang tak lucu seperti itu. Aku takut, sangat takut untuk meninggalkanmu. Biarlah keadaannya seperti ini dalam waktu yang lama. Aku sudah cukup puas dan begitu bahagia dengan memandangimu dari balik layar 21 inch dari kamarku. Hanya dengan mendengarkan senandung merdumu dari earphone sudah dapat mengobati rinduku yang meradang. Aku tak berharap memandangmu dari dekat. Aku takut jatuh kembali oleh pesonamu untuk yang kedua kalinya dan aku takut setelah aku jatuh aku tak mampu untuk bangun kembali.

No comments:

Post a Comment