Pages


Friday, December 21, 2012

Catatanku, Diriku

Satu waktu, satu hari dan satu cerita memenuhi ruang kehidupan. Dari kecil, aku diajarkan untuk tidak menentang segala perkataan dari orang yang lebih tua dariku. Semenjak itu aku hanya diam dan menurut. Disuruh begini, disuruh begitu, aku hanya menganggukan kepala.Jika aku salah, aku merasa dibentak, tak berani berargumen karena menurut mereka itu berarti menentang. Semakin aku tumbuh, aku merasa sama saja dengan yang dulu. Selalu menunggu perintah, selalu menganggukkan kepala, selalu berkata iya, tak mampu berargumen.Terkadang hatiku memberontak pada cercaan yang melukaiku setiap saat, namun tiada yang keluar dari mulutku. Hanya udara hampa yang terhembus bersama uap kekesalan yang akan sirna dengan sendirinya, namun tetap mengendap didalam hati. Aku tak pintar mengekspresikan sesuatu melalui kata-kata. Ini yang membuatku menjadi lebih banyak diam. Pendiam adalah jati diriku yang sebenarnya. Mungkin aku akan bertindak lain terhadap beberapa orang. Hanya pada orang-orang yang dekat denganku aku berani menunjukkan emosi-emosi yang benar-benar transparan tanpa harus mempedulikan yang lainnya, tanpa harus merasa takut. Aku akui sulit bagiku untuk dekat dengan orang lain, ya.. sebenarnya aku tak banyak memiliki teman. Mungkin yang paling setia adalah temanku yang kecil, bersampul ungu yang paling kucintai. Catatanku. Semua tentang kehidupanku aku tuangkan semuanya disitu. Jika aku senang aku ceritakan kepadanya, jika aku sedih aku menangis dihadapannya, jika aku marah ia juga ijinkan aku untuk memarahinya. Tiap lembarannya aku isi dengan sebuah kenangan, secercah harapan dan mimpi-mimpiku yang mungkin tak masuk akal. Namun baginya, semua yang kutulis adalah nyata. Ia tak menahanku untuk berbuat apa yang kuinginkan, namun nantinya ialah yang menyadarkanku jika aku telah berbuat kesalahan. Ia juga mengajarkanku untuk tak menyesal, namun terkadang ia memaksaku untuk meratapi segala yang telah berlalu. Menangisi kenangan indah yang telah tertulis disana. Setiap lembaran yang terisi adalah jiwanya. Jiwa yang murni. Catatan itu adalah cerminan hatiku yang tak dapat aku ungkapkan. Catatanku adalah diriku sendiri. Sahabatku.

No comments:

Post a Comment