Pages


Monday, April 20, 2015

Mengungkapkan dalam Bisu

@ikka_sukma
Memendam, suatu perasaan yang sulit dimana kamu berada dalam keadaan serba salah. Jika kamu menahannya, sesak itu tak akan kunjung beranjak darimu. Namun jika kamu memilih untuk mengungkapkan, akankah kabar baik itu menghampirimu? aku takut mengungkapkan, ketika yang akan aku dapatkan hanyalah perubahan sikap olehmu yang tak bisa ku prediksi sebelumnya. Aku takut mengungkapkan, karena aku selalu berpikir bahwa kamu akan mundur selangkah demi langkah, setiap harinya lalu kemudian menjauh, hingga lenyap seolah kita memang tidak pernah bertemu sebelumnya. Dan aku takut mengungkapkan karena faktanya aku mengetahui kamu menyukai orang lain. 

Dunia ini memang ajaib, ia menciptakan gelombang dan getaran aneh dalam diriku hanya dengan melihat sosokmu, hanya dengan melakukan percakapan singkat denganmu, atau melihat sesimpul senyum yang tak sengaja kau lempar padaku. Cukup itu, lalu kupu-kupu dalam perutku tak henti-hentinya menggelepar, menggelitik, membuat tawa indah yang mengisi disetiap hari-hari dan waktu luangku. 

Saat ini aku memang memilih hanya untuk diam, berpura-pura tak merasakan apa-apa namun faktanya aku nyaris selalu ingin pingsan ketika berada di dekatmu. Aku akui aku memang pintar menyembunyikannya. "Diam itu tai kebo" begitu yang dikatakan Dosen mata kuliah komunikasi di tempat aku kuliah. Beliau memang benar adanya. Semua kebisuan ini tak ada artinya, bagaimana bisa kamu tahu apa yang aku rasakan, apa yang aku pikirkan, dan bagaimana degupan jantungku menyambutmu setiap hari jika aku tak menyampaikannya. Sejujurnya aku ingin sekali mengatakan hal ini padamu, namun aku tak memiliki cukup keberanian itu.

Dan jika aku diberkati Tuhan, aku ingin suatu hari nanti kau melihat tulisan-tulisan yang ku tujukan untukmu, dan aku ingin kamu mengetahui satu hal.
Aku percaya "kebetulan" itu ada. Namun jika kebetulan itu terus menerus menimpa kita berdua, apakah itu masih bisa disebut suatu "kebetulan"? Jika kamu ijinkan ku untuk berkata banyak hal, aku ingin kau tahu itu bukan sekedar kebetulan untukku, itu takdir. Iya, Takdir.

Takdir yang sengaja mempermainkan kita, dan sekarang sedang menjebakku di dalam labirin. Entah apa yang kamu rasakan itu sama denganku atau tidak, tapi bolehkah aku menaruh keyakinan padamu? Karena disetiap aku menatap dalam di kedua matamu, aku menemukan sebuah sudut kosong disana. Karena disetiap aku mendengar kamu menyebut namaku, aku merasakan lirihnya kehangatan itu. Karena disetiap kita berdekatan aku merasakan bahwa kamu adalah serpihan puzzle yang telah lama Tuhan sembunyikan hingga suatu hari aku bisa menemukan dan merangkainya kembali. Karena di saat kita melalui waktu berdua, detik demi detik kurasakan berpacu tak menentu, kadang kurasakan waktu berhenti dengan tiba-tiba, atau pernah ku rasakan waktu berdetak dengan begitu cepat tanpa kita sadari. 

Apa yang kamu pikirkan tentang diriku sebenarnya? aku benar-benar kewalahan menanggapi semua sikapmu, caramu memperlakukanku, dan terkadang kamu membuatku berharap sesuatu yang belum pasti aku dapatkan. Tolong jangan membuatku bingung lagi, jika kamu memang tidak merasakan sesuatu yang berbeda, berhentilah memanfaatkan kebodohanku. 

Hey, ikutilah kata hatimu. Aku memang tak sesempurna wanita-wanita yang sering kamu bicarakan. Aku hanyalah diriku adanya, bukan dia, bukan mereka. Aku ingin kamu melihat bagaimana seorang wanita yang rela keluar dari zona nyamannya demi seseorang yang begitu spesial untuk wanita itu. Belajarlah untuk sekali saja menghargai dirimu sendiri. Jangan terlalu larut dalam kesedihan ketika kamu tak mendapatkan sesuatu yang kau impikan. 

Hanya itu. Hanya itu yang bisa aku tuangkan kedalam tulisan sederhana ini. Selebihnya tentang perasaanku, akan kuungkapkan dalam bisu. Berharap merpati kan mengerti dan menyampaikannya padamu. Suatu hari.

No comments:

Post a Comment