Pages


Friday, April 24, 2015

Kamu lah Alasannya, Pelangiku

Rainbow is you
Alasan, alasan itu emas bagiku. Jika tak ada alasan itu, kamu tak akan menemuiku begitu saja tanpa ada sesuatu yang akan kita bicarakan. Aku suka alasan. Di setiap alasan itu ada, dan kamu akan dekat denganku, berusaha mencari keberadaanku, bertanya apakah aku sibuk hari itu, dan semua itu hanya demi sebuah alasan. Kadang aku bertanya-tanya. Di saat semua alasan itu habis pada akhirnya apakah kamu akan tetap mencari aku? apakah aku hanya kantong ajaibmu saja yang kamu gunakan disaat perlu? Bisakah segala sesuatu yang kita bicarakan lepas dari sebuah alasan awal yang kamu rencanakan?

Ayolah, sekali saja. Jangan biarkan aku berpikir kamu itu orang jahat yang selalu memanfaatkan kedunguan perempuan. Aku tahu betul sifatmu. Walaupun aku bukan sahabat karibmu, aku bukan saudaramu, dan aku bukan orang tuamu. Namun aku orang yang mengagumi setiap detail dari dirimu. Bukan fisik, bukan materi, bukan darimana kamu berasal. Dan untuk yang satu ini, sebuah alasan tak berlaku untukku. 

Tak ada alasan untuk menyukai orang padahal orang itu sepertinya jarang peduli dengan kita, selalu meminta kita melakukan sesuatu untuknya dan tanpa babibuu kita spontan menganggukkan kepala seperti robot yang telah disetting sebelumnya. Walaupun hal yang mereka minta merugikan kita, entah ilham dari mana yang mengubah mindset kita dan senyum mengembang sepanjang hari akhirnya mengalahkan kerugian yang mereka timbulkan. Sebut saja "He makes my day" atau "He paint me a wonderful blue sky" yang akan selalu terlontar padahal yang mereka minta seringkali (sangat) merepotkan kita. Aku yakin kebanyakan perempuan sependapat denganku. Benar kan girls?

Sesungguhnya aku pembohong besar. Aku pintar berakting di depanmu. Kamu ingat hari itu? Aku ingin mengatakan "mau" tapi mulutku akhirnya melontarkan "no". Bagaimana bisa penyesalan menyergapku tiba-tiba sedetik setelah aku mengatakan hal itu. Padahal secara logika, dengan aku menjawab "mau" sama saja aku harus membiarkan diriku repot dan kesusahan. Jadi yaasudahlah ya, lupakan saja. Kamu tidak mungkin mengingat hal sepele seperti itu. 

Hey, bisa aku mengetahui satu hal lagi? Masihkah kamu menyukainya? Gadis itu. Aku tahu kamu belum bisa berpaling darinya. Apakah masih ada sudut kosong untukku? Mungkin tidak. Bagaimana bisa perempuan dengan banyak kekurangan seperti aku kamu puja? Aku tidak merendahkan diri, aku benci merendahkan diriku dan membandingkan diri dengan perempuan lain. Aku hanya kesal, karena hanya komentar negatif yang pernah kamu lontarkan padaku. Selama ini aku hanya berpura-pura kebal. Namun jika suatu hari kesabaranku habis dan aku pun lelah untuk menantikan penyambutan hangatmu, jangan salahkan aku, jangan sesali ketika aku memilih untuk berhenti dari menapaki jalan maya yang tak tentu arah tujuan. 

Bagiku kamu adalah serpihan dari pelangi manis yang mengisi warna-warni hidup gadis polos ini. Walaupun pada akhirnya kamu akan menghilang setelah gerimis, setidaknya kamu pernah membuat langit tersenyum. Bahkan mentari pun bersemi menyambutmu dan awan kelabu enggan untuk menampakkan dirinya. 

Tolong beritahu aku jika gerimis itu akan berhenti, agar aku tak terlanjur nyaman duduk menikmati indahnya 7 unsur warna penghias langit itu. Jika kamu beritahu aku, aku bisa beranjak secepatnya. Aku bisa meninggalkan kesan-kesan indahmu, aku bisa berusaha untuk tak memikirkannya lagi walaupun aku tak bisa melupakannya. Aku akan berusaha untuk itu. Namun jika gerimis itu akan selalu ada, katakan padaku. Aku, gadis polos ini akan menantikan, tersenyum menengadah sepanjang hari dengan payung biru. Aku akan menantikan alasan mengapa aku bertahan selama ini. Ya, hanya kamu pelangiku. Alasanku.

No comments:

Post a Comment