Pages


Monday, May 27, 2013

Haruskah Aku Marah?

27 Mei 2013-Jam dinding hari ini menunjukkan pukul 6 sore, pesan singkat yang masuk ke handphoneku membuatku tersadar dari tidur soreku yang panjang.
 "Kau berhasil?" tertera tulisan singkat di layar
Aku terkesiap, hari ini memang hari yang kunanti. Pengumuman itu.
Tanpa membalas pesan singkat itu kuraih lapto beserta perangkatnya dan dengan kasar kutekan tombol 'power' di keyboardnya. Rasa khawatir tiba-tiba merayap ke ulu hatiku. Tanpa membuang-buang waktu lagi kupasang modem ke laptop tuaku.
Kubuka websitenya, kuketik nomor NISN dan tanggal lahirku. Mula-mula yang muncul hanya layar laptop yang putih, potongan-potongan keresahan itu pun terjawab sudah. Namaku terpampang jelas disana. Kugeser kursor semakin kebawah. Rasa penasaranku terjawab sudah. Ada rasa lega disana. Namun, lebih dari itu ada sebuah cambukan yang menyakitkan. Aku gagal. Aku tak berhasil. Aku tak mengerti perasaan macam apa yang telah merasukiku saat ini. Entah sedih, kecewa, marah, muak, semua berbaur menghantamku. Bagus. Rasanya seluruh duniaku runtuh saat ini. Aku memang sangat marah. Tapi kemana aku harus marah? pada diriku? apa kegagalan adalah suatu kesalahanku? kurasa iya. Jadi, aku harus memang marah pada diri sendiri. Biasanya jika aku marah terhadap seseorang, aku tak pernah mengajaknya berbicara. Bagaimana mungkin aku tak berbicara pada diriku sendiri? Apa itu masuk akal?
Tuhan, masihkah ada kesempatan untuk semua ini? Akankah kau bukakan pintu atas cita-cita yang selama ini kudambakan?
Aku benar-benar menginginkannya. Bukan untuk diriku sendiri, tapi untuk orang-orang yang aku sayangi.

No comments:

Post a Comment