Aku mengambil jurusan D3 Analis Kesehatan di STIKes Wira Medika PPNI Bali.
You know? awalnya aku sama sekali gak pernah berpikir, berniat, dan berencana untuk mengambil jurusan itu. Target utamaku dulu ingin menjadi perawat. Tapi ya.. ada batu sandungan yang menahanku.
Saat itu aku benar-benar bersemangat untuk ikut tes di salah satu sekolah Kesehatan Negeri di daerah asalku. Aku kerahkan seluruh kemampuanku, materi, bahkan waktuku yang amat berharga demi impianku buat be a nurse. Saat pengumuman via web, pengorbananku membuahkan hasil. Aku lolos tes tulis jurusan D4 Keperawatan dan amazingnya aku berada di peringkat 9 diantara 43 orang yang lolos dan diantara beratus ratus peserta. Bisa dibayangkan how perfectly happy I'm pada saat itu. Tapi itu bukan akhir. Aku masih harus melewati test fisik yang membutuhkan beberapa persyaratan mutlak. Nah.. ini yang kubilang batu sandungan tadi. Mungkin peserta yang lolos dan memiliki tubuh yang sesuai persyaratan tidak menganggap serius tes fisik atau tes kesehatan ini. Tapi aku yang notabene berukuran lebih 'mini' dari mereka tentu saja was-was. Ketika tes kesehatan dilaksanakan, dokter-dokter itu tak bertanya tentang kelemahan yang saya miliki. bahkan tidak ada pihak yang menegur "hey kamu terlalu pendek" atau "kamu tidak akan lolos tes ini". jadi sesudah tes saya tenang-tenang saja. Apalagi ada salah satu peserta yang lolos sebut saja AC yang memiliki tinggi badan 2 cm lebih pendek dari aku. Tinggi badanku yaaa... 147 cm. untuk masuk ke sana harus memiliki tinggi badan minimal 150cm.
Tibalah saat yang paling menegangkan. Hari yang selalu aku tunggu-tunggu. Hari dimana aku berhenti berharap. Hari dimana aku harus mengetahui jawaban akhir dari pengorbananku. Dengan gemetar aku buka web, aku download file 'Pengumuman tes kesehatan D4 Keperawatan'
Aku tak berani melihat namaku di nomor urut 9. jadi aku lihat nama-nama peserta dari no urutan 43. Aku lihat nama AC lulus. Disana lah harapanku mulai meninggi. Dalam benakku terlintas "AC yang notabene lebih pendek aja lulus. Pasti aku lulus juga" Optimismeku mulai memuncak... Namun terpental jatuh hingga feeling down akut ketika aku lihat no urut 9 dengan nama NI PUTU IKA SUKMADEWI dinyatakan TIDAK LOLOS. Bisa imagine gimana perasaanku saat itu? Otomatis saja aku menangis sejadi-jadinya. Saat itu aku merasa menjadi mahkluk yang paling menyedihkan yang baru saja tertimpa kasus ketidakadilan. Why? Why? kenapa dia lolos tapi aku tidak? aku tidak buta warna, gigiku bersih, aku bahkan ke dokter gigi untuk servis gigiku agar menjadi putih pada saat tes kesehatan. Aku terima jika tinggi badan menjadi alasan kenapa aku failed. tapi harusnya si AC itu juga dong. Kenapa dia yang jelas-jelas memiliki kekurangan sepertiku, harus diloloskan? Tidak, aku tidak menyalahkan AC, tapi siapa yang mesti disalahkan? Ada apa dibalik semua itu? ada permainan uang atau relasi kah?
Who knows?
Seiring waktu berlalu, akhirnya aku memilih D3 Analis Kesehatan sebagai pelabuhan terakhirku. Bidang yang kini aku sukai. entah kenapa aku sekarang sangat bersyukur atas kegagalanku. Aku tak mengada-ada. Aku tak berusaha menghibur hati. Jika aku harus memutar waktu kembali, aku akan mengubah niatku untuk mencari analis. Disini sangat menyenangkan. Tugas kita di laboratorium. Semester awal ini sih aku baru diajarkan dasar-dasar nya saja. Seperti pengenalan alat-alat lab, membuat reagen (bahan kimia), membuat media pertumbuhan bakteri, belajar teknik mengambil darah vena (aku kira awalnya ini hanya tugas perawat). Pokoknya aku sangat enjoy.
Inilah foto''ku saat praktik di laboratorium ^^
Buat Media Lactose Broth |
ini beneran darahku looo.... ngerii? kalo dibayangin emang ngeri, tapi pas ditusuk, tidak sakit. tapi ketagihan hihihi |
Saat belajar teknik pengambilan darah vena |
No comments:
Post a Comment