Pages


Monday, August 8, 2016

Dear Sahabatku


Cepatlah sembuh, aku tak sanggup melihat rona kesakitan yang terpancar di wajahmu.
Cepatlah sembuh, aku tak ingin sendirian menikmati indahnya perjuangan kita
Cepatlah sembuh, aku tak tega melihatmu terkapar lemas tanpa semangat seperti itu
Aku tak peduli seberapa banyak kamu merepotkan aku ketika kamu sakit, yang aku inginkan hanya satu. Kamu sembuh. Kamu lulus tahun ini. Kamu harus mengejar impianmu. Aku tahu betul perjuanganmu tidak mudah untuk sampai ke titik ini. Sungguh melelahkan.
Cepatlah tumbuh menjadi pemuda hebat nantinya. Agar kamu bisa membayar janjimu nantinya padaku. Ketika kamu menjadi apa yang selama ini kamu inginkan, bukankah kamu akan memberiku hadiah spesial? Aku menantikan mu kasih. Aku menantikan kesuksesanmu kelak. Berpaculah selalu.
 Apabila kamu kehabisan tenaga, kan ku pinjamkan dayaku kapanpun kamu butuh.
Apabila kamu kehabisan senyum ketika berperang, rekamlah kita dalam memorimu, bagaimana indahnya persahabatan kita.
Apabila kamu perlu tempat bersandar, bahuku selalu tersedia 24 jam untukmu

Apabila kamu perlu jiwa sekalipun, ambilah punyaku

Sunday, November 15, 2015

Anggap Saja Sebatas Tulisan Kesal atau Sesal

Bagaimana rasanya tanpa aku?
Bagaimana rasanya ketika tak ada sandaran, tempat kau mencurahkan seluruh ego mu?
Kau pikir kau bisa seenaknya begitu saja menggunakan aku?
Membodohiku sehingga bisa saja aku menganggap diriku sampah?
Lihat saja apa kau bisa tidur tenang malam ini?
Lihat saja, aku akan berhenti dari kekonyolan yang sudah aku ciptakan sendiri. Menganggap kau menyukaiku, namun ternyata tidak, namun seakan kau memberikan celah diantara ketidak mungkinan itu. Atau itu hanya imajinasiku saja.

What do you want?
Please, don’t get me wrong. I’m not interested to a type of arrogant and jerk like you are. But, unfortunately my heart can’t handle this one. It’s still trembling, wondering why it happen every time when you are around. Until now, I’m looking for any effort so that I can dump you easily, letting myself step ahead from you is my happiness.
Easily you come, then leave, then come again for a specific reason, or need a help, then leave again then come, leave, come, leave until third war world happened. Your habits just saying what you want to say, judging every particular person with their matters, stick out of several things, and laughing somebody because he or she is weird in your perspective. I wanna free, from this pain. I will never be my own if I still beside you and make sure my appereance was good, or Have I wore something beautiful just to please you (read: I can’t be an ugly person in front of you).
Honestly 2 years I have spent with useless love one side and now, let me be free. I wanna find someone who accept me just the way I am, and never ask me to be the others, the one who appreciate what I wanna do, understand what I’m supposed to be. Someone whom I love and who love me back. Yeah exactly. Because I’m just tiring enough to get tired, because every time I move, how pitiful I am stuck in wrong train again and again then get lost in somewhere chill. Light me, open my heart with that key.
That key, I once sent it to you in our chat back then. Ahaaa! Let me guess, you just don’t have any idea about what I’m talking about right? Lol
Perfect.



Wednesday, November 11, 2015

Semacam Ungkapan namun Hanya Tulisan

Kita itu, semacam mengabaikan namun diam-diam memperhatikan
Semacam tak menghiraukan, namun ingin menyapa
Semacam ingin berbicara namun tak tahu bagaimana harus mengawali
Semacam ingin terbiasa namun ego mendominasi
Semacam hanya sebatas teman namun di sebelah pihak, ingin lebih
Aku hanya mengetahui keinginan salah satu pihak, namun tidak pihak lainnya. Aku hanya tahu isi hatiku. Tapi tidak denganmu.
Aku berusaha memahami apa yang aku sembunyikan, ingin membagi apa yang aku simpan sendirian.
Namun sia – sia saja ketika sesuatu yang lama ingin aku sampaikan pada akhirnya telah menepi  pada semua orang namun tidak padamu.
Harapan, apakah itu sebuah kata yang berarti saat ini?
Tidak.
Ketika mengharapkan tak lagi berbuah manis, mengabaikan pun terasa menyakitkan, lalu apa selanjutnya?
Ketika yang kunanti hanya waktu dan waktu. Mengulur detik demi detik, mempertimbangkan apa sebaiknya aku harus mengungkapkan atau aku akan terus membisu membiarkan hipotesa-hipotesa tentang dirimu terus saja menari nari di otakku?
Aku jelas tak tahu apa yang ada di logikamu, karena aku bukan seorang peramal. Bahkan jika pun aku seorang peramal, apakah sesuatu yang aku terka itu memang benar-benar akan terjadi?
Sebut saja aku pemistis. Iyaaaa. Aku bukannlah gadis dengan kadar optimisme tinggi, atau gadis ekspreif yang dengan mudahnya akan mengekspresikan segala sesuatu dengan kata-kata yang tersusun apik sehingga semua mata dan telinga terpusat padanya. Tidak, tidak. Aku bukan gadis yang seperti itu. Aku sang introvert. Tak mudah berekspresi, selalu membohongi diriku sendiri. Kadang aku hanya berpura-pura terlarut dalam peran sehingga menghasilkan gadis sok banyak bicara untuk memancing perhatian. Dan aku muak pada gadis ini. Aku muak tidak menjadi diriku sendiri.
Apa yang aku harapkan? Kamu. Jelas kamu. Aku rasa kata berharap sedikit berlebihan saat ini, tapi hanya itu yang mewakili segala sesuatu tentang diriku.
Tak banyak yang bisa aku bagi diantara kita, kita hanya menikmati kebersamaan via text. Namun ketika bertemu, entah aku saja yang merasakannya atau kamu juga. Tapi aku merasa sangat berbeda. Kamu begitu biasa. Maksudku, kau tidak menunjukkan arti ketertarikan atau semacam itu. Jadi, kesimpulannya?
Begitulah, tak akan aku sebutkan karena memang agak sedikit menggores hati.
Tak jauh berbeda dariku, aku juga harus bersikap biasa. Sebiasa mungkin karena aku tak ingin kamu mengetahui segalanya. Aku berusaha menutupi karena ketakutanku jauh lebih besar. Aku takut kamu akan menjauh, kamu tidak suka padaku, dan banyak ketakutan-ketakutan lain yang tak aku harapkan. Sama sekali tidak.
Bola yang aku lempar tak tepat mengenai hatimu.
Mungkin aku hentikan saja cara yang penuh kebohongan ini. Menjadi sok asik itu bukan gayaku. Aku hanya berpikir, kau mungkin tidak menyukai gadis melankolis yang membosankan seperti aku.
Aku tak pandai berbicara, tak pandai merangkai cerita.
Harusnya, jika kamu tak suka, abaikan sajalah aku.
Jangan seolah ingin pergi namun tak beranjak
Seolah tak peduli namun tetap mencari
Ketika seseorang mengatakan hal yang membuat kita tersadar satu hal, mata kita bertemu senyumpun mengembang. Tak ada yang mengerti mungkin, hanya kita. Maka biarlah itu menjadi dunia kita, atau hanya aku. Mungkin.
Rotasi bumi pun mendadak melambat ketika aku melihat senyum itu. Senyum yang bukan dari pemuda tampan, namun entah daya apa yang dimilikinya aku pun tak mengetahuinya. Namun satu hal yang jelas aku ketahui. Aku telah menyukainya.