Hai siapapun
yang ada disana, Apa yang sedang kau rasakan? Bisa kau dengar bisikan lembutku
terbawa helaan angin pagi? Jika kau
mendengarnya jawablah, untaian kata yang kutulis di atas lembar dedaunan coklat
yang hampir tenggelam dalam irama gesekan pepohonan.
“Jawablah” Gumamku menahan lelah
“Karena gadis ini hanya akan
menuliskannya sekali, selagi pepohonan disekelilingnya masih menyanyikan lagu indah hari ini.” ~ Ikasukma
Aku tak ingin
hanya memikirkan diriku sendiri. Bisa kau bayangkan hidup dalam hasutan hati
jauh lebih rumit dari apa yang ku bayangkan. Beberapa musim yang lalu, aku
bertemu seseorang. Aku merasa seolah mendapatkan kado indah dari Dewa surga.
Aku menikmatinya, kado itu. Kado yang seolah menjadi pelipurku, semangatku,
menolongku dan begitu menyayangiku bagaikan aku anak anjing lucu yang selalu
dilindungi. Kado itu selalu ada untukku dan setiap hari dia tak henti-henti
mengatakan jika dia mencintaiku bahkan tatapan matanya sangat tulus.
Mengalir,
layaknya sungai yang jernih menyapu setiap lembaran daun di musim gugur.
Dedaunan itu terbawa arus, membentur setiap bebatuan tajam hingga membuat
permukaannya robek, tulang daunnya tak sempurna. Namun ia tetap memaksakan
untuk mengikuti irama sungai kemanapun sungai itu bermuara nantinya. Ia tak
punya pilihan lain, karena ia tak mampu berenang melawan arus. Bukan sungainya
yang salah, juga bukan dedaunannya, apalagi angin yang menerbangkannya atau
pohonnya yang tumbuh di tepi sungai yang jernih itu. Hanya saja keadaannya
begitu menyulitkan hingga salah satu diantaranya harus berkorban.
Mungkin
seperti itulah gambarannya. Aku dan kado yang kuterima itu. Aku berharap pada
awalnya, semoga aku dan kadoku akan berakhir dengan kisah indah yang “happy
ever after” layaknya animasi disney, namun ironisnya kisah nyata jauh
berbanding terbalik dengan kisah fiksi. Aku sama sekali tak bisa begitu
menyayangi kado yang ku terima, aku telah mencampakkannya. Kau tahu kenapa?
Aku menemukan
sebuah harta karun dengan peti yang terbuat dari kawat namun isinya begitu
berharga. Harta karun yang kutemukan begitu istimewa untukku. Tiap waktu yang
dulu kuhabiskan bersama kadoku kini berubah. Aku kini hanya memandangi harta
karun itu hingga lupa bagaimana perasaan kadoku jika dia mengetahui hatiku tak
lagi bersamanya.
Mungkin orang
lain yang mengetahui hal ini akan menganggapku sebagai penghianat, mereka akan
menghakimiku layaknya narapidana yang seharusnya dieksekusi mati. Mereka
mungkin akan membeciku dan segala hal yang berkaitan dengan bagaimana aku
mencampakkan kado pemberian itu. Namun, tak pernahkah mereka ingin tahu rasanya
berada di posisi rumit ini? jika mereka adalah aku, bisakah mereka lari sambil
memikirkan bagaimana sulitnya terbebas dari hasutan hati yang menghantuimu
siang dan malam. Mimpi buruk ini juga bukan keinginanku. Aku rapuh. Aku ingin
bebas. Aku bahkan ingin melepaskan semuanya termasuk kado pemberian itu dan
harta karun istimewa yang kutemukan. Hal yang menyayangiku dan hal yang
kusayangi, keduanya sangat berharga untukku. Percayalah, aku hanya lelah
berpura-pura menikmati aliran sungai ini. Sekarang biarkanlah aku menepi
walaupun untuk sementara waktu. Jika aku mampu, mungkin aku akan kembali.
No comments:
Post a Comment