Dentangan jarum jam semakin terasa mengusikku ditengah malam
yang menyesakkan. Malam ini, aku tak lupa meneguk beberapa tablet penambah
umurku. Aku harap itu benar-benar akan menambah umur meskipun aku tak
benar-benar mempercayainya. Melelahkan
rasanya berada dalam bayang-bayang kematian yang siap setiap saat menerjangku
jika aku melupakan masa pengobatanku walau sedetikpun. Benar-benar sangat
membosankan hidup dikelilingi butiran benda-benda pahit ini, jarum tajam yang
menusuk kulitku hampir setiap minggu dan orang-orang berpakaian putih kerap
kali memandang iba kearahku seakan mereka sudah rela melihatku dijemput oleh
para malaikat dari atas sana. Keadaan itu semakin membuatku merasa sendirian.
Tanpa orangtua, mereka tega meninggalkan satu-satunya buah hati mereka
sendirian di dunia fana ini. Mereka tega membiarkan aku merasakan pahitnya kehidupan
yang begitu melelahkan. Manis yang kukecap hanya sementara. Otakku kembali
memutar rekaman lampau yang menampilkan gambaran dan potongan-potongan episode
itu. Apa kabar pemuda itu sekarang? Apa dia masih menungguku? Apa dia akan mengetahui
alasan aku pergi darinya?
Kuharap dia tak pernah tahu. Kuharap dia berhenti
menungguku. Kuharap dia takkan memaafkan aku lagi. Hey, kau! dimanapun kau
berada sekarang ini berhentilah. Aku mohon berhentilah membuat pemberitaan
orang hilang di koran. Jangan kau
cantumkan gambarku yang jelek di halaman utama. Sungguh aku sangat tak
menyukainya, seolah aku adalah sang putri yang hilang karena kabur dari istana.
Cobalah untuk tidak menghabiskan uangmu hanya untuk mencariku. Carilah gadis
lain yang lebih baik, lebih sehat, dan yang mampu memberimu masa depan. Kenapa
kau begitu mementingkan dirimu sendiri ? Kau membiarkan keegoisan mengusai
hatimu. Cinta tak bisa membuatmu bahagia selamanya, tolonglah mengerti hal itu.
Setelah 4 bulan aku kira pikiran keras kepalamu telah menghilang tapi ternyata
malah semakin menjadi-jadi. Aku mohon, berhentilah. Kau telah mengemudi terlalu
jauh di jalan yang salah. Berputar baliklah, kembali ke jalan yang seharusnya
kau lalui sebelum kau tersesat. Aku yakin jika kau hidup dengan gadis
menyedihkan sepertiku, kau hanya akan bosan dan lelah ketika melihatku
menghabiskan sisa menit dan detik hanya untuk mengeluh kesakitan. Aku tak ingin
jika suatu saat nanti aku akan terjatuh pingsan ketika kita sedang berkencan.
Aku juga tak ingin jika aku akan menghembuskan napas terakhir dan ambruk ketika
kau mengucapkan janji di altar. Aku selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan
yang tak lucu seperti itu. Aku takut, sangat takut untuk meninggalkanmu.
Biarlah keadaannya seperti ini dalam waktu yang lama. Aku sudah cukup puas dan
begitu bahagia dengan memandangimu dari balik layar 21 inch dari kamarku. Hanya
dengan mendengarkan senandung merdumu dari earphone
sudah dapat mengobati rinduku yang meradang. Aku tak berharap memandangmu dari
dekat. Aku takut jatuh kembali oleh pesonamu untuk yang kedua kalinya dan aku
takut setelah aku jatuh aku tak mampu untuk bangun kembali.
No comments:
Post a Comment