BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Parasitisme merupakan hubungan antara
dua organisme, yang satu diantaranya
mendapat keuntungan dan yang lain dirugikan. Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa
cacing. Stadium
dewasa cacing-cacing yang termasuk Nemathelminthes (kelas nematoda)
berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan. Cacing ini memiliki alat kelamin terpisah (Parasitologi
kedokteran, 1998).
Nematoda intestinal yaitu nematode yang berhabitat di saluran pencernaan manusia. Manusia
merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besardaripada nematoda ini
menyebabkan masalah
kesehatan masyarakat. Infeksi cacing ini dapat ditularkan melaui vektor atau
kontak langsung. Diantara
nematoda intestinal terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan
disebut “soil transmitted helmints”, yaitu nematoda yang siklus hidupnya untuk mencapai
stadium infektif, memerlukan tanah dalam kondisi tertentu. Salah satu
nematoda golongan Soil Transmitted Helmints adalah jenis cacing tambang (Ancylostoma duodenale).
Cacing tambang
menimbulkan lebih banyak penyakit serius dari pada parasit lain. Di dalam
kebanyakan bagian dunia, terutama di daerah
yang memiliki sanitasi yang buruk terdapatlah
banyak penderita penyakit cacing tambang di antara penduduk. Hal tersebut yang mendasari pembuatan makalah Ancylostoma duodenale.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah yang dimaksud dengan Ancylostoma duodenale?
1.2.2
Bagaimanakah morfologi dari Ancylostoma duodenale?
1.2.3
Bagaimanakah siklus hidup dari Ancylostoma duodenale?
1.2.4
Bagaimanakah epidemiologi dari Ancylostoma duodenale?
1.2.5
Bagaimanakah diagnosa laboratorium dari Ancylostoma duodenale?
1.2.6
Bagaimanakah gejala klinis dari Ancylostoma duodenale?
1.2.7
Bagaimanakah cara pengobatan dan pencegahan Ancylostoma duodenale?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa itu Ancylostoma
duodenale.
1.3.2
Untuk mengetahui morfologi dari Ancylostoma duodenale.
1.3.3
Untuk mengetahui daur hidup dari Ancylostoma duodenale.
1.3.4
Untuk mengetahui epidemiologi Ancylostoma duodenale.
1.3.5
Untuk mengetahui diagnosa laboratorium dari Ancylostoma duodenale
1.3.6
Untuk mengetahui gejala klinis dari Ancylostoma duodenale
1.3.7
Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan Ancylostoma duodenale.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Ancylostoma
duodenale
Ancylostoma duodenale
disebut juga dengan cacing tambang. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi larva di luar tubuh manusia, yang kemudian
masuk kembali ke tubuh
korban menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas kaki. Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melaluim peredaran darah yang akhirnya tiba di paru – paru lalu dibatukkan dan ditelan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi lokal atauseluruh
tubuh, anemia dan nyeri abdomen.
Ancylostoma duodenale dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Nematoda
Kelas :
Secernentea
Ordo :
Strongiloidae
Famili :
Ancylostomatidae
Species :
Ancylostoma duodenale
2.2 Morfologi Ancylostoma duodenale
Cacing dewasa hidup di rongga usus
halus manusia, dengan mulut yang melekat pada mukosa dinding usus. Ancylostoma
duodenale ukurannya lebih besar dari Necator americanus. Yang betina ukurannya
10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya menyerupai huruf C,
Necator americanus berbentuk huruf S, yang betina 9 – 11 x 0,4 mm dan yang
jantan 7 – 9 x 0,3 mm. Rongga mulut A.duodenale mempunyai dua pasang gigi,
N.americanus mempunyai sepasang benda kitin. Alat kelamin jantan adalah tunggal
yang disebut bursa copalatrix. A.duodenale betina dalam satu hari dapat
bertelur 10.000 butir, sedang N.americanus 9.000 butir. Telur dari kedua
spesies ini tidak dapat dibedakan, ukurannya 40 – 60 mikron, bentuk lonjong
dengan dinding tipis dan jernih. Ovum dari telur yang baru dikeluarkan tidak
bersegmen. Di tanah dengan suhu optimum23oC - 33oC, ovum akan berkembang
menjadi 2, 4, dan 8 lobus.(parasitologi kedokteran, 2010).
2.3 Daur Hidup Ancylostoma duodenale
Seekor cacing tambang dapat menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 0,2 ml setiap harinya. Cacing dewasa dapat hidup di usus selama satu
hingga lima tahun di mana cacing betina memproduksi telur. Pada
infeksi ringan hanya sedikit sekali kehilangan darahnya tetapi pada infeksi
berat dapat menimbulkan pendarahan hebat, kekurangan zat besi dan berat badan
turun drastis.
Seekor cacing tambang dewasa dapat bertelur antara
10.000-30.000 telur per 24 jam. Telur ini akan bertahan lama di tanah yang
lembab, sejuk dan di sekitar pohon yang rindang yang biasanya terdapat di
daerah perkebunan. Untuk telur cacing tambang akan dikeluarkan bersama feses.
Ketika berada di dalam tanah akan menetas dalam waktu 1-2 hari dan kemudian
akan menjadi larva “Rabditiiti Form”. Pada hari ke-3 “Rabeniti Forem” akan menjadi “Filari Form”. Dalam bentuk ini
dapat hidup di tanah selama 8 minggu. Dalam waktu kisaran tersebut akan
terinjak kaki dan akan menembus kulit dan menuju ke kapiler darah.
Telur keluar bersama tinja, dalam
waktu 1 – 2 hari telur akan berubah menjadi larva rabditiform (menetas ditanah
yang basah dengan temperatur yang optimal untuk tumbuhnya telur adalah 23 – 300
C. Larva rabditiform makan zat organisme dalam tanah dalam waktu 5 – 8 hari
membesar sampai dua kali lipat menjadi larva filariform, dapat tahan diluar
sampai dua minggu, bila dalam waktu tersebut tidak segera menemukan host, maka
larva akan mati. larva filariform masuk kedalam tubuh host melalui pembuluh
darah balik atau pembuluh darah limfa, maka larva akan sampai ke jantung kanan.
Dari jantung kanan menuju ke paru – paru, kemudian alveoli ke broncus, ke
trakea dan apabila manusia tersedak maka larva akan masuk ke oesophagus lalu ke
usus halus (siklus ini berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu).
2.4 Epidemiologi
Kejadian penyakit ini di
Indonesiasering ditemukan terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan
atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka
gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat
menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan
pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat berperan dalam penyebaran infeksi
penyakit ini (Gandahusada, 1998). Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva
adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32oC – 38oC.
Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu bila
keluar rumah .
2.5 Diagnosa Laboratorium
Diagnosis ditegakkan dengan
menemukan telur di dalam tinja segar manusia dan larva pada tinja yang sudah
lama. Telur kedua spesies ini tidak dapat dibedakan, untuk membedakan spesies,
telur dibiakkan menjadi larva dengan salah satu cara, yaitu “Harada Mori”.
2.6 Gejala Klinis
1. Stadium larva
Bila banyak filariform sekaligus
menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch, dan
kelainan pada paru biasanya ringan.
2. Stadium dewasa
Gejala tergantung pada:
a.
Spesies
dan jumlah cacing
b. Keadaan gizi penderita
Gejala klinik yang timbul bervariasi
bergantung pada beratnya infeksi, gejala yang sering muncul adalah lemah, lesu,
pucat, sesak bila bekerja berat, tidak enak perut, perut buncit, anemia, dan
malnutrisi.
Tiap cacing Necator americanus
menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan A.
duodenale 0,08 – 0,34 cc. biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer.
Disamping itu juga terdapat eosinofilia. Anemia karena Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus biasanya berat. Hemoglobin biasanya dibawah 10 (sepuluh)
gram per 100 (seratus) cc darah jumlah erythrocyte dibawah 1.000.000 (satu
juta)/mm3. Jenis anemianya adalah anemia hypochromic microcyic.
Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada biasanya tidak
menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun.
2.7 Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan :
1.
Prioritas utama adalah memperbaiki anemia dengan cara memberikan tambahan
zat besi per-oral atau suntikan
zat besi.
2. Pada
kasus yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah.
3. Jika
kondisi penderita stabil, diberikan obat pirantel pamoat atau mebendazol selama
1-3 hari berturut-turut untuk membunuh cacing tambang. Obat ini tidak boleh
diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.
Pencegahan dapat dilakukan dengan
cara Sanitasi lingkungan, diantaranya:
1. Hindari berjalan keluar rumah tanpa
memakai alas kaki
Kebiasaan
tidak memakai alas kaki merupakan factor resiko yang kuat untuk terjadinya
infeksi cacing tambang.
2. Cuci tangan sebelum makan
cuci
tangan, pekerjaan ini adalah Awal yang terpokok jika anda ingin tetap sehat.
Dimanapun dan kapanpun selalau ada bakteri atau mikroorganisme yang siap masuk
melawan tubuh kita 70 % perantara yang tepat adalah dari tangan, untuk itu cuci
tangan adalah salah satu tindakan preventif yang sangat tepat.
3. Hindari pemakaian feces manusia
sebagai pupuk pada sayuran
Jika sayuran yang dimakan tidak bersih maka larva cacing akan ikut termakan karena sayuran dipupuk menggunakan feces manusia yang telah terinfeksi.
Jika sayuran yang dimakan tidak bersih maka larva cacing akan ikut termakan karena sayuran dipupuk menggunakan feces manusia yang telah terinfeksi.
4. Jika anda Ibu, awasi dan jaga anak
anda main di Tanah
Dari sifat hidupnya, cacing tambang hidup pada tanah, sangat cepat menular melalui kulit, melewati epidermis kulit teratas hingga terakhir, anak – anak tentulah sangat mudah untuk dijadikan media untuk hidup si cacing tambang. Untuk itu perlu awasi anak anda saat bermain di tanah atau di halaman rumah yang memungkinkan adanya cacing tambang. Jika terlanjur memanjakan anak anda, lakukan kegiatan prefentif yaitu bersihkan seluruh badan anak dari tanah sehabis main.
Dari sifat hidupnya, cacing tambang hidup pada tanah, sangat cepat menular melalui kulit, melewati epidermis kulit teratas hingga terakhir, anak – anak tentulah sangat mudah untuk dijadikan media untuk hidup si cacing tambang. Untuk itu perlu awasi anak anda saat bermain di tanah atau di halaman rumah yang memungkinkan adanya cacing tambang. Jika terlanjur memanjakan anak anda, lakukan kegiatan prefentif yaitu bersihkan seluruh badan anak dari tanah sehabis main.
5. Bersih Pakaian dan tempat
Mikroba penyebab infeksi ada dimana – mana, bahkan tempat maupun pakaian kita yang terlihat bersihpun bisa saja terdapat kuman – kuman yang membahayakan kesehatan. Dengan demikian Kebersihan atau sanitasi dan higienis tempat anda sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan anda dan keluarga.
Mikroba penyebab infeksi ada dimana – mana, bahkan tempat maupun pakaian kita yang terlihat bersihpun bisa saja terdapat kuman – kuman yang membahayakan kesehatan. Dengan demikian Kebersihan atau sanitasi dan higienis tempat anda sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan anda dan keluarga.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
. Ancylostoma duodenale adalah salah satu hewan dari kelas nematoda filum Nemathelminthes yang sering disebut cacing tambang. Cacing betina ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5
mm, bentuknya menyerupai huruf C.
Seekor cacing tambang
dewasa dapat bertelur antara 10.000-30.000 telur per 24 jam. Telur ini akan
bertahan lama di tanah yang lembab, sejuk dan di sekitar pohon yang rindang
yang biasanya terdapat di daerah perkebunan. Untuk telur cacing tambang akan
dikeluarkan bersama feses.
Cara memeriksa Ancylostomiasis yaitu dengan
menemukan adanya cacing dewasa atau telur dalam
tinja. Pengobatan ancylostomiasis prioritas utama adalah memperbaiki
anemia dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi dan diberikan obat pirantel pamoat atau
mebendazol selama 1-3 hari berturut-turut untuk membunuh cacing tambang
3.2
Saran
Untuk menghindari infeksi dari Ancylostoma duodenale, disarankan dengan
menjaga kebersihan secara rutin dan
meningkatkan kesehatan diri sendiri dan orang lain dan selalu menggunakan alas kaki setiap saat
beraktifitas.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment