Perihal aku dan diri sendiri memang tak akan ada habisnya untuk aku perdebatkan. Entah dengan pikiranku sendiri atau dengan orang lain. Terkadang kita memang terlalu kurang ajar dengan pemberian Tuhan. Alih-alih untuk memperkuat diri dan berusaha menutupinya dari orang lain, lambat laun justru kita sendiri yang kelelahan. Apakah aku lelah? Ya aku pernah. Ketika itu aku dihantam oleh beberapa penolakan atas nama keterbatasan fisik. Apakah aku terpuruk? Iya. Apakah aku menyerah? Hampir. Apakah aku berhenti? Tidak. Jika memang aku terlahir dengan keterbatasan fisik yang tidak dapat aku ubah, memangnya kenapa?
Beberapa tahun yang lalu, aku
tidak dapat menerima penolakan yang aku alami. Ada garis-garis sesal dan kesal
di setiap kilas balik jika aku berpikir tentang hari-hari lalu. Hingga kini
kilas balik itu seringkali hinggap di pikiranku. Namun satu hal yang berubah. Cara
aku menyikapinya.
Sekarang aku bisa mengenangnya sambil
memeluk keterbatasanku sendiri. Menerima satu demi satu hal yang ‘kurang’ dan
berusaha membuat aku lebih menghargai diri sendiri. Mengeluh akan keterbatasan?
Tentu saja pernah. Bagaimanapun aku hanya manusia. Terkadang aku mengutuk diri
sendiri ketika aku tidak bisa menyelesaikan satu aktivitas karena kendala
keterbatasanku. Hal yang normal untuk kesal dan sebal bukan? Rasanya akan lebih
damai jika aku seperti sekarang ini. I’m in love – hate relationship with myself.
Seperti kisah asmaramu dengan yang tercinta, kisahku pun begitu unik dan indah dengan
tubuhku sendiri. Terima kasih diriku sudah menjadi penopangku selama 25 tahun
aku hidup. Maaf jika aku banyak menyalahkanmu atas penilaian orang lain. Kini aku
sadar penilaian orang lain terhadapmu bukanlah apa-apa. Kamu sudah bekerja
keras, memberiku media untuk hidup, melakukan hal-hal yang ada dalam bucket
listku. Terima kasih sudah begitu kuat, tidak pernah tumbang walaupun
bagaimana kerasnya hujan-panas yang pernah diterjang bersama.
Alasan diriku bangun di pagi hari,
berolahraga, minum air cukup, tidur 6-8 jam sehari adalah tubuhku sendiri. Hanya
itu yang dapat aku lakukan untuk menebus semua gerutu, juga sebagai permohonan
maaf jika selama ini aku banyak tak bersyukur. Terima kasih tubuhku. Ayo kita
hidup lebih lama lagi. Berjalan beriringan dan berpacu dengan waktu. Bersama.