Angel,
disitukah kau? Kau bahagia sekarang? Ku harap itu terjadi.
Aku
hampir tak ingin merajut asa kehidupan ini lagi, aku hampir kehilangan sebagian
motivasi yang dulu bekerja sepenuhnya.
Entahlah,
aku merasa memaksakan diriku sendiri untuk berubah menjadi orang lain.
Seseorang yang berusaha tak mengenal apa itu cinta. Karena semua hal yang
berkaitan dengannya serasa menyakitkan. Kau tahu apa yang aku bicarakan Angel,
jadi tetaplah disana. Aku tahu seberapa banyak pun aku menyercamu, memintamu
kembali, menangis berlutut ditengah guyuran hujan sekalipun, satu hal yang
sangat aku ketahui. Kau tak akan kembali.
Kau
mendengar ketika aku bersenandung ‘aku merindukanmu’ setiap malam tiba? Kau
mendengar doa-doa yang aku titipkan kepada Tuhan? Apakah Dia menyampaikannya
padamu? Kau melihat dibawah sini? Aku tersenyum kembali, aku tak terlihat lemah
bukan? Tentu saja, aku sangat jauh lebih maskulin sekarang. Kau pun tahu
alasannya. Seperti yang kau lihat, aku sedang berusaha tak membuatmu khawatir
denganku. Bersyukur aku terlahir sebagai laki-laki. Aku bisa menyelesaikan
masalahku tidak dengan cara menangis. Karena aku tahu, kau tak akan suka jika
aku selalu menangis dikala aku teringat padamu Angel.
Hari
ini aku bertemu dengan seorang teman yang begitu baik dan peduli padaku. Aku
menceritakan tentangmu padanya, tentang bagaimana dulu aku selalu memikirkanmu,
memendam perasaanku sendiri dengan tak mengungkapkannya padamu hingga menjadi
sebuah penyesalan, temanku itu bisa sedikit membuatku terlupa akanmu walau untuk
sejenak. Kau tak marah kan jika aku berteman dengan gadis itu? Dia sangat
bersimpati padaku hingga terkadang aku sempat memikirkan bahwa dia menyukaiku.
Pikiran yang bodoh kan? Bagaimana bisa dia menyukai aku sementara dia sudah
berada disamping orang lain. Mungkin jenis simpati yang dia punya itu tak lebih
dari seorang sahabat bukan?
***
Peter,peter
dan peter. Nama itu selalu memenuhi isi pikiranku. Entah ini jenis perasaan
macam apa yang merasuki benakku namun aku tak merasa se-berdebar ini ketika aku
bersama kekasihku. Bagiku Peter hanyalah sahabat. Cukup Mia, dia hanya sahabat
tak lebih. Dia tak mungkin menyukaimu, tak mungkin. Dia miliknya Angel. Dia tak
mungkin melupakan Angel begitu saja. Silahkan kutuk aku dan cerca aku jika aku
mampu menyukai pria lain selain kekasihku sendiri. Bagaimana aku bisa
menghadapi perasaan semacam ini? Aku pun tak mengharapkan hatiku bercabang
seperti ini, dan aku tahu benar ini akan membawa bencana nantinya. Tidak,tidak
tidak, aku pasti salah. Aku tak menyukai Peter. Peter selalu terbayang akan
Angel, gadis beberapa tahun lalu yang mengisi hatinya dengan cinta namun cinta
itu selalu terkubur dalam sedalam-dalamnya hingga hal buruk menimpa gadis
cantik itu. Jika aku berada di posisi Peter, mungkin aku tak dapat bertahan
hingga hari ini. Aku bersyukur Peter masih memiliki hasrat untuk mengisi
kembali hari-harinya dengan senyum-senyum itu. Senyum yang membuatku ikut
gembira ketika melihatnya. Peter, bolehkah aku sekedar menyukai senyum itu?
Karena aku tak akan berharap lebih setelah ini.