Pages


Saturday, April 25, 2015

Only God Knows How He Feels

Malam ini aku membuka kembali screenshot percakapan lama kita via pesan singkat. Sudah nyaris selama 4 bulan yaa. Jujur, sangat sulit bagiku membeberkan semuanya. Perasaan takut selalu menghantuiku. Seperti 3 minggu belakangan ini kau semakin menjauh. Aku takut setelah aku mengungkapkan semuanya kau akan pergi. Seolah tak pernah mendengar pengakuan dari siapapun, seolah aku hanya hembusan angin yang singgah menerpa wajahmu dan kemudian hilang. Tidak, aku tak ingin membiarkan hal itu terjadi.

Lalu bagaimana aku harus bersikap? semuanya serba salah bagiku, juga bagimu. Apa kau terganggu akan keberadaanku? Apa sekalipun kau tak menganggapku ada? Aku mohon jangan pergi begitu saja setelah kau membuat aku merasakan indahnya kesan bersamamu yang sebelumnya tak pernah aku berniat untuk merasakannya. Itu semua gara-gara kau. 

Apa aku hanya halte bagimu? Tempatmu menyandarkan bahu sejenak, membuatku tak kesepian, dan ketika aku telah larut akan nyamannya keberadaanmu, bus pun datang dan kau beranjak pergi dan tak kembali meski untuk sekedar mengingat bahwa aku pernah menjadi tempatmu beristirahat walau itu hanya waktu yang singkat namun percayalah, sesingkat apapun pertemuan, ketika orang itu kau, sangat berarti untukku. 

Aku tinggal diriku dan lagu yang kudengarkan di earphone. Tiap kali lagu ini kuputar, wajahmu yang pertama kali aku bayangkan. Akankah waktu bisa membantuku? Yang aku tahu waktu hanya diam saja. Waktu hanya melihat bagaimana kita memperjuangkan cinta yang kita inginkan. Akankah kau mencariku? Atau aku yang harus mengalah untuk mencarimu lebih dulu? Entahlah. Aku hanya bisa berdoa, berharap, merindukan dalam diam, dan mengungkapkan dalam bisu. 

Hanya itu, dan selebihnya only God knows how he feels.


Friday, April 24, 2015

Kamu lah Alasannya, Pelangiku

Rainbow is you
Alasan, alasan itu emas bagiku. Jika tak ada alasan itu, kamu tak akan menemuiku begitu saja tanpa ada sesuatu yang akan kita bicarakan. Aku suka alasan. Di setiap alasan itu ada, dan kamu akan dekat denganku, berusaha mencari keberadaanku, bertanya apakah aku sibuk hari itu, dan semua itu hanya demi sebuah alasan. Kadang aku bertanya-tanya. Di saat semua alasan itu habis pada akhirnya apakah kamu akan tetap mencari aku? apakah aku hanya kantong ajaibmu saja yang kamu gunakan disaat perlu? Bisakah segala sesuatu yang kita bicarakan lepas dari sebuah alasan awal yang kamu rencanakan?

Ayolah, sekali saja. Jangan biarkan aku berpikir kamu itu orang jahat yang selalu memanfaatkan kedunguan perempuan. Aku tahu betul sifatmu. Walaupun aku bukan sahabat karibmu, aku bukan saudaramu, dan aku bukan orang tuamu. Namun aku orang yang mengagumi setiap detail dari dirimu. Bukan fisik, bukan materi, bukan darimana kamu berasal. Dan untuk yang satu ini, sebuah alasan tak berlaku untukku. 

Tak ada alasan untuk menyukai orang padahal orang itu sepertinya jarang peduli dengan kita, selalu meminta kita melakukan sesuatu untuknya dan tanpa babibuu kita spontan menganggukkan kepala seperti robot yang telah disetting sebelumnya. Walaupun hal yang mereka minta merugikan kita, entah ilham dari mana yang mengubah mindset kita dan senyum mengembang sepanjang hari akhirnya mengalahkan kerugian yang mereka timbulkan. Sebut saja "He makes my day" atau "He paint me a wonderful blue sky" yang akan selalu terlontar padahal yang mereka minta seringkali (sangat) merepotkan kita. Aku yakin kebanyakan perempuan sependapat denganku. Benar kan girls?

Sesungguhnya aku pembohong besar. Aku pintar berakting di depanmu. Kamu ingat hari itu? Aku ingin mengatakan "mau" tapi mulutku akhirnya melontarkan "no". Bagaimana bisa penyesalan menyergapku tiba-tiba sedetik setelah aku mengatakan hal itu. Padahal secara logika, dengan aku menjawab "mau" sama saja aku harus membiarkan diriku repot dan kesusahan. Jadi yaasudahlah ya, lupakan saja. Kamu tidak mungkin mengingat hal sepele seperti itu. 

Hey, bisa aku mengetahui satu hal lagi? Masihkah kamu menyukainya? Gadis itu. Aku tahu kamu belum bisa berpaling darinya. Apakah masih ada sudut kosong untukku? Mungkin tidak. Bagaimana bisa perempuan dengan banyak kekurangan seperti aku kamu puja? Aku tidak merendahkan diri, aku benci merendahkan diriku dan membandingkan diri dengan perempuan lain. Aku hanya kesal, karena hanya komentar negatif yang pernah kamu lontarkan padaku. Selama ini aku hanya berpura-pura kebal. Namun jika suatu hari kesabaranku habis dan aku pun lelah untuk menantikan penyambutan hangatmu, jangan salahkan aku, jangan sesali ketika aku memilih untuk berhenti dari menapaki jalan maya yang tak tentu arah tujuan. 

Bagiku kamu adalah serpihan dari pelangi manis yang mengisi warna-warni hidup gadis polos ini. Walaupun pada akhirnya kamu akan menghilang setelah gerimis, setidaknya kamu pernah membuat langit tersenyum. Bahkan mentari pun bersemi menyambutmu dan awan kelabu enggan untuk menampakkan dirinya. 

Tolong beritahu aku jika gerimis itu akan berhenti, agar aku tak terlanjur nyaman duduk menikmati indahnya 7 unsur warna penghias langit itu. Jika kamu beritahu aku, aku bisa beranjak secepatnya. Aku bisa meninggalkan kesan-kesan indahmu, aku bisa berusaha untuk tak memikirkannya lagi walaupun aku tak bisa melupakannya. Aku akan berusaha untuk itu. Namun jika gerimis itu akan selalu ada, katakan padaku. Aku, gadis polos ini akan menantikan, tersenyum menengadah sepanjang hari dengan payung biru. Aku akan menantikan alasan mengapa aku bertahan selama ini. Ya, hanya kamu pelangiku. Alasanku.

Monday, April 20, 2015

Mengungkapkan dalam Bisu

@ikka_sukma
Memendam, suatu perasaan yang sulit dimana kamu berada dalam keadaan serba salah. Jika kamu menahannya, sesak itu tak akan kunjung beranjak darimu. Namun jika kamu memilih untuk mengungkapkan, akankah kabar baik itu menghampirimu? aku takut mengungkapkan, ketika yang akan aku dapatkan hanyalah perubahan sikap olehmu yang tak bisa ku prediksi sebelumnya. Aku takut mengungkapkan, karena aku selalu berpikir bahwa kamu akan mundur selangkah demi langkah, setiap harinya lalu kemudian menjauh, hingga lenyap seolah kita memang tidak pernah bertemu sebelumnya. Dan aku takut mengungkapkan karena faktanya aku mengetahui kamu menyukai orang lain. 

Dunia ini memang ajaib, ia menciptakan gelombang dan getaran aneh dalam diriku hanya dengan melihat sosokmu, hanya dengan melakukan percakapan singkat denganmu, atau melihat sesimpul senyum yang tak sengaja kau lempar padaku. Cukup itu, lalu kupu-kupu dalam perutku tak henti-hentinya menggelepar, menggelitik, membuat tawa indah yang mengisi disetiap hari-hari dan waktu luangku. 

Saat ini aku memang memilih hanya untuk diam, berpura-pura tak merasakan apa-apa namun faktanya aku nyaris selalu ingin pingsan ketika berada di dekatmu. Aku akui aku memang pintar menyembunyikannya. "Diam itu tai kebo" begitu yang dikatakan Dosen mata kuliah komunikasi di tempat aku kuliah. Beliau memang benar adanya. Semua kebisuan ini tak ada artinya, bagaimana bisa kamu tahu apa yang aku rasakan, apa yang aku pikirkan, dan bagaimana degupan jantungku menyambutmu setiap hari jika aku tak menyampaikannya. Sejujurnya aku ingin sekali mengatakan hal ini padamu, namun aku tak memiliki cukup keberanian itu.

Dan jika aku diberkati Tuhan, aku ingin suatu hari nanti kau melihat tulisan-tulisan yang ku tujukan untukmu, dan aku ingin kamu mengetahui satu hal.
Aku percaya "kebetulan" itu ada. Namun jika kebetulan itu terus menerus menimpa kita berdua, apakah itu masih bisa disebut suatu "kebetulan"? Jika kamu ijinkan ku untuk berkata banyak hal, aku ingin kau tahu itu bukan sekedar kebetulan untukku, itu takdir. Iya, Takdir.

Takdir yang sengaja mempermainkan kita, dan sekarang sedang menjebakku di dalam labirin. Entah apa yang kamu rasakan itu sama denganku atau tidak, tapi bolehkah aku menaruh keyakinan padamu? Karena disetiap aku menatap dalam di kedua matamu, aku menemukan sebuah sudut kosong disana. Karena disetiap aku mendengar kamu menyebut namaku, aku merasakan lirihnya kehangatan itu. Karena disetiap kita berdekatan aku merasakan bahwa kamu adalah serpihan puzzle yang telah lama Tuhan sembunyikan hingga suatu hari aku bisa menemukan dan merangkainya kembali. Karena di saat kita melalui waktu berdua, detik demi detik kurasakan berpacu tak menentu, kadang kurasakan waktu berhenti dengan tiba-tiba, atau pernah ku rasakan waktu berdetak dengan begitu cepat tanpa kita sadari. 

Apa yang kamu pikirkan tentang diriku sebenarnya? aku benar-benar kewalahan menanggapi semua sikapmu, caramu memperlakukanku, dan terkadang kamu membuatku berharap sesuatu yang belum pasti aku dapatkan. Tolong jangan membuatku bingung lagi, jika kamu memang tidak merasakan sesuatu yang berbeda, berhentilah memanfaatkan kebodohanku. 

Hey, ikutilah kata hatimu. Aku memang tak sesempurna wanita-wanita yang sering kamu bicarakan. Aku hanyalah diriku adanya, bukan dia, bukan mereka. Aku ingin kamu melihat bagaimana seorang wanita yang rela keluar dari zona nyamannya demi seseorang yang begitu spesial untuk wanita itu. Belajarlah untuk sekali saja menghargai dirimu sendiri. Jangan terlalu larut dalam kesedihan ketika kamu tak mendapatkan sesuatu yang kau impikan. 

Hanya itu. Hanya itu yang bisa aku tuangkan kedalam tulisan sederhana ini. Selebihnya tentang perasaanku, akan kuungkapkan dalam bisu. Berharap merpati kan mengerti dan menyampaikannya padamu. Suatu hari.

Wednesday, April 15, 2015

Andai Kau Tahu

5 jam sudah, aku menahan degupan keras yang sepertinya ingin berontak dari dalam diriku. Aku merasa seperti akan meledak. Wajahku panas dan memerah. Aku tahu wajahnya juga merona. Aku hanya tahu namun tak mampu untuk memandangnya. Tiap kali aku mendekatkan telapak tangan ke dada, getaran-getaran ini, guncangan ini seolah menciptakan sensasi aneh, serasa menggelitik hati yang meriang ini. Hey, kau merasakannya kah? perasaan semacam ini apa hanya milikku? Aku selalu berharap kau juga merasakan semacam percikan aneh ini. Aku tahu kau menyukai seseorang. Bolehkah aku mengetahui siapa dia bahkan setelah aku mengetahuinya mungkin aku masih akan mengucapkan ''good luck'' padamu. Andai kau tahu, disetiap sudut senyumku, itu milikmu. Disetiap sloka dari doa-doa ku ada bayangmu yang terselip didalamnya. Disetiap tempat yang aku datangi aku berharap bertemu sosokmu walaupun itu hanyalah ketidakmungkinan yang selalu aku mimpikan, namun tak apa. Sungguh tak apa bagiku. Jika memendam dan melihatmu dari jauh saja bisa membuatku bahagia, biarlah hanya aku yang merasakan ini. Andai kau tahu, peristiwa itu sangat berarti bagiku. Tidakkah itu penting bagimu juga? Aku hanya bisa mendoakanmu. Berharap kau melupakannya. Apa harapanku berlebihan? Aku ingin kau selalu bergantung padaku. Aku ingin kau mengetahui bagaimana sulitnya menahan perasaan sendirian. Tolong, jangan biarkan sikap baikmu padaku membuat aku menafsirkan jika itu perhatian. Tolong biarkan hatiku bernapas lega. Tolong jangan tebar duri mawar-mawar ini karena rasanya begitu sakit. Mengetahui doamu bukan untukku, rindumu bukan milikku, senyummu yang begitu hangat tak bisa aku nikmati. Bukankah cintamu bertepuk sebelah tangan juga? Tak bisakah kau untuk tidak mengejar sesuatu yang maya? Tak bisakah kau berhenti, dan mulai untuk melihatku? Lihatlah aku. Lihatlah. Belum tentu isi doanya untukmu, belum tentu dia berkorban sama seperti yang aku lakukan demi dirimu. Belum tentu. Jujur, aku ingin keluar dari zona mengagumi tanpa dicintai ini. Namun hingga sekarang aku belum menemukan solusi untuk mengatasinya. Karena satu-satunya yang bisa memecahkan masalahku yang satu ini hanyalah kamu. Ya itu kamu.

Monday, April 6, 2015

Secret Admirer

Wishing you feel the same :)
Hari apa sekarang? tanggal berapa? rasanya aku sama sekali tak mengingat hal-hal itu lagi. Dikepalaku sepertinya hanyalah tertanam satu-satunya nama yang bahkan tak sempat ku lupa walaupun terbentur rutinitas yang padat sekalipun. Ohh God sepertinya aku salah makan obat atau kepalaku terbentur di suatu tempat bahkan tanpa aku sadari. Jujur saja hal ini jarang sekali terjadi sepanjang eksistensiku sebagai Ika Sukmadewi. Pikiranku terpecah menjadi serpihan-serpihan yang terbagi hanya oleh satu unsur. Pemuda itu. Ohh aku malu mengatakan ini, sepertinya aku benar-benar jatuh cinta. Ibu... anakmu sudah beranjak dewasa sekarang. Bisa kuingat bagaimana gambaran sempurna wajahnya ketika aku berhadapan sangat dekat dengan pemuda itu. Wahhh rasanya jantungku telah lari dari lintasannya, aku bahkan mendadak lupa bagaimana cara bernapas, bagaimana cara mengucapkan sebatas kata "HAI". Ini gawat, benar-benar gawat. Dulu ketika rasa ini belum nampak, aku begitu biasa bertegur sapa dengannya. Tapi sekarang? aku bahkan takut menatap matanya. Aku tak tahu pasti bagaimana perasaannya padaku. Jatuh cinta yang aku rasakan sendirian ini, biarlah kusimpan dahulu hingga hati ini lelah. Aku takut semua tak lagi baik-baik saja ketika ia mengetahui semua  hal yang aku rasakan. Aku takut kehilangan tatapan hangatnya lagi. Aku takut kehilangan nya karena sebelumnya memang dia bergantung padaku. Dibandingkan pemuda lain, dia itu bad guy, players maybe, tapi yaa apa itu jadi masalah sekarang ketika yang kamu rasakan hanyalah getaran? Aku tak berharap ia selalu mengisi hari-hariku, satu hal. Aku mohon jika kau membaca ini, tolong jangan jatuh cinta pada orang lain. Tolong, jangan biarkan orang lain menunggumu. Bisakah kau?