Pages


Saturday, November 22, 2014

Aldehid dan Keton (Kimia Organik)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip.
Aldehid dan keton adalah keluarga besar dari gugus fungsi senyawa organik yang merasuk dalam kehidupan sehari- hari kita. Senyawa-senyawa ini menimbulkan bau wangi pada banyak buah-buahan dan parfum mahal.Senyawa aldehida dan keton yaitu atom karbon yang dihubungkan dengan atom oksigen oleh ikatan ganda dua (gugus karbonil). 
Salah satu gugus fungsi yang kita ketahui yaitu aldehid yaitu suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen..
Keton yaitu suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari senyawa aldehid dan keton?
1.2.2 Bagaimana tata nama dari senyawa aldehid dan keton?
1.2.3 Bagaimana sifat-sifat dari senyawa aldehid dan keton?
1.2.4 Bagaimana reaksi-reaksi dari senyawa aldehid dan keton?
1.2.5 Bagaimana cara pembuatan senyawa aldehid dan keton?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari senyawa aldehid dan keton
1.3.2 Untuk mengetahui tata nama senyawa aldehid dan keton
1.3.3 Untuk mengetahui sifat-sifat  dari senyawa aldehid dan keton
1.3.4 Untuk mengetahui reaksi-reaksi senyawa aldehid dan keton
1.3.5 Untuk mengetahui cara pembuatan senyawa aldehid dan keton

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aldehid dan Keton
2.2.1 Aldehid
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang terikat pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Aldehid berasal dari “alkohol dehidrogenatum“. (cara sintesisnya).
Aldehid termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus karbonil - seperti yang bisa ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus -COOH.
Pada aldehid, gugus karbonil memiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya bersama dengan salah satu dari gugus atom hidrogen lain atau, yang lebih umum, sebuah gugus hidrokarbon yang bisa berupa gugus alkil atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen.

2.2.2  Keton
Keton bisa berarti gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah gugus karbonil (O=C)yang terhubung dengan dua atom karbon ataupun senyawa kimia yang mengandung gugus karbonil. Keton memiliki rumus umum: R1(CO)R2. Senyawa karbonil yang berikatan dengan dua karbon membedakan keton dari asam karboksilat, aldehida, ester, amida, dan senyawa-senyawa beroksigen lainnya. Ikatan ganda gugus karbonil membedakan keton dari alkoholdan eter. Keton yang paling sederhana adalah aseton (secara sistematis dinamakan 2-propanon).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil (C=O) terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril atau sebuah alkil dan sebuah aril. Sifat-sifat sama dengan aldehid.


2.2 Tata Nama Senyawa Aldehid dan Keton
2.2.1 Aldehid
Langkah-langkah penamaan aldehida berdasarkan aturan IUPAC adalah sebagai berikut:
Cari rantai terpanjang yang mengandung gugus fungsi formil.
Beri nomor pada rantai terpanjang, dimulai dari C yang terdekat dengan gugus fungsi.
Sebutkan nomor dan nama cabang pada rantai utama, akhiri dengan nama alkanalnya (dengan mengganti akhiran –a pada alkana menjadi –al pada aldehida).




2.2.2 Keton
Penamaan senyawa-senyawa alkanon atau keton juga ada dua cara yaitu :
Menurut IUPAC mengikuti nama alkanannya dengan mengganti akhiran “ ana “ dalam alkana menjadi “ anom “ dalam alkanon.
Dengan cara Trivial yaitu dengan menyebutkan nama kedua gugus alkilnya, kemudian diikuti akhiran “ Keton “.




TATA NAMA ALKANON
Untuk senyawa-senyawa keton dengan rumus struktur bercabang akan lebih mudah jika penamaannya menggunakan aturan IUPAC, sebagai berikut :
Tentukan rantai utama dengan cara pilih deretan C yang terpanjang dan mengandung gugus fungsi kemudian beri nama seperti tabel 5.6 di atas.
Penomoran rantai utama dimulai dari ujung yang memberikan nomor serendah-rendahnya bagi atom C gugus fungsi. Aturan selanjutnya sama dengan yang berlaku pada senyawa hidrokarbon.
2.3 Sifat  Senyawa Aldehid dan Keton
2.3.1 Aldehid
Aldehid dengan berat molekul rendah memiliki bau yang tajam. Misalnya, HCHO (metanal atau formaldehid) dan CH3CHO (etanal atau asetaldehid). Dengan meningkatnya massa molekul aldehid, baunya menjadi lebih harum. Beberapa aldehid dari hidrokarbon aromatis memiliki bau khas yang menyegarkan.

Tabel 1. Sifat Fisika Senyawa Aldehid




2.3.2 Keton
Sifat-sifat keton yaitu:
a) Keton dengan jumlah atom C rendah (C1 – C5) berwujud cair pada suhu kamar.
b) Oleh karena keton memiliki gugus karbonil yang polar maka senyawa keton larut dalam pelarut air maupun alkohol. Kelarutan senyawa keton berkurang dengan bertambahnya rantai alkil.
c) Adanya kepolaran menimbulkan antaraksi antarmolekul keton sehingga senyawa keton umumnya memiliki titik didih relatif tinggi dibandingkan dengan senyawa non polar yang massa molekulnya relatif sama. Titik didih beberapa senyawa keton ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2. Sifat Fisika Senyawa Keton



Aseton merupakan senyawa keton paling sederhana. Aseton berwujud cair pada suhu kamar dengan bau yang harum. Cairan ini sering digunakan sebagai pelarut untuk vernish, pembersih cat kayu, dan pembersih cat kuku. Dalam industri, aseton digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kloroform.

2.4 Reaksi-Reaksi Senyawa Aldehid dan Keton
2.4.1 Aldehida
Aldehida adalah golongan senyawa organik yang memiliki rumus umum R-CHO. Beberapa reaksi yang terjadi pada aldehida antara lain:
Oksidasi
Aldehida adalah reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidator-oksidator lemah. Perekasi Tollens dan pereaksi Fehling adalah dua contoh oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehida. Oksidasi aldehida menghasilkan asam karboksilat. Pereaksi Tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat dengan larutan amonia sedikit demi sedikit hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Pereaksi Tollens dapat dianggap sebagai larutan perak oksida (Ag2O). aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaaskan unsur perak (Ag).
Reaksi aldehida dengan pereaksi Tollens dapat ditulis sebagai berikut :

Bila reaksi dilangsungkan pada bejana gelas, endapan perak yang terbentuk akan melapisi bejana, membentuk cermin. Oleh karena itu, reaksi ini disebut reaksi cermin perak.
Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Reaksi Aldehida dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata dari Cu2O.

Pereaksi Fehling dipakai untuk identifikasi adanya gula reduksi (seperti glukosa) dalam air kemih pada penderita penyakit diabetes (glukosa mengandung gugus aldehida).

Adisi Hidrogen (Reduksi)
Ikatan rangkap –C=O dari gugus fungsi aldehida dapat diadisi oleh gas hidrogen membentuk suatu alkohol primer. Adisi hidrogen menyebabkan penurunan bilangan oksidasi atom karbon gugus fungsi. Oleh karena itu, adisi hidrogen tergolong reduksi.

2.4.2 Keton
Reduksi keton oleh hidrogen akan menghasilkan alkohol sekunder
Oksidasi
Keton merupakan reduktor yang lebih lemah daripada aldehid. Zat-zat pengoksidasi lemah seperti pereaksi tollens dan pereaksi Fehling tidak dapat mengoksidasi keton. Oleh karena itu, aldehid dan keton  dapat dibedakan dengan menggunakan pereaksi-pereaksi tersebut.
Aldehid + pereaksi Tollens à cermin perak
Keton + pereaksi Tollens à tidak ada reaksi
Aldehid + pereaksi Fehling àendapan merah bata
Keton + pereaksi Fehling à tidak ada reaksi
Larutan Fehling Larutan fehling adalah larutan basa bewarna biru tua. Larutan fehling dibuat dari Cu(II) sulfat dalam larutan basa yang mengandung garam Rochelle, sehingga diperoleh ion kompleks Cu(II) tartrat. Reaksinya adalah sebagai berikut:

Larutan Tollens Larutan tollens dibuat dengan mencampur NaOH, AgNO3, dan NH3 sehingga terbentuk ion kompleks [Ag(NH3)2]+. Reaksinya adalah sebagai berikut:

Ion kompleks [Ag(NH3)2]+ direduksi oleh aldehida/alkanal menjadi Ag, membentuk endapan Ag menyerupai cermin perak pada dinding tabung.

2.5 Cara Pembuatan Aldehid dan Keton
Ozonolisis Alkena
Alkena bereaksi dengan ozon membentuk ozonida yang diikuti pembelahan reduktif dengan serbuk zink dan air atau H2/Pd menghasilkan aldehida, keton maupun campuran keduanya tergantung pola substitusi alkena yang digunakan.


Serbuk zink dapat digunakan untuk mengeliminasi molekul H2O2 yang terbentuk saat reaksi, yang selanjutnya dapat mengoksidasi aldehida membentuk asam karboksilat. Dengan alkena yang sesuai, maka aldehida dan keton yang diharapkan dapat terbentuk.

Hidrasi Alkuna
Etuna jika direaksikan dengan air dengan adanya H2SO4 and HgSO4 membentuk asetaldehida. Hidrasi alkuna yang lain pada kondisi yang sama akan juga dapat menghasilkan keton.

 Contoh:

Oksidasi Toluena
Oksidasi suatu senyawa aromatik yang mengikat gugus metil pada cincin benzena dengan adanya krom trioksida (CrO3) dan anhidrida asetat diikuti dengan hidrolisis menghasilkan benzaldehida.


Oksidasi lebih lanjut benzaldehida menghasilkan asam benzoat dapat dicegah dengan anhidrida asetat sebagai turunan benziliden diasetat tak-teroksidasi. Reaksi ini dinamakan reaksi Etard.


Reaksi Nitril
Reduksi  parsial senyawa nitril dengan dengan timah klorida terasamkan (SnCl2/HCl) pada temperatur kamar menghasilkan aldehida. Pada tahap pertama imina hidroklorida terbentuk yang selanjutnya terhidrolisis dengan air mendidih menghasilkan aldehida. Jenis spesifik reduksi nitril disebut reaksi reduksi Stephen.
SnCl2 + 2HCl → SnCl4 + 2 H+


Dengan cara yang sama, benzonitril menghasilkan benzaldehida.


Keton dapat diperoleh ketika reagen Grignard direaksikan dengan nitril. Intermediet garam imina terbentuk pada reaksi hidrolisis pembentukan keton.

Okdisasi Alkohol
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana untuk mensintesis aldehida dan keton. Reaksi oksidasi alkohol primer akan membentuk aldehida, sedangkan oksidasi alkohol sekunder menghasilkan keton.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Aldehid dan keton adalah keluarga besar dari senyawa organik yang merasuk dalam kehidupan sehari- hari kita. Aldehida adalah senyawa organik yang karbon-karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hydrogen. OHCH. Keton adalah senyawa organic yang karbon – karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lain.

3.2 Saran
Gugus aldehid dan keton memiliki berbagai macam kegunaan baik kegunaan positif maupun negatif bagi manusia. Seperti formalin yang dipergunakan dalam pengawetan mayat. Penggunaan senyawa ini mestinya lebih diawasi dalam kehidupan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013, “Pembuatan Aldehid dan Keton”
http://www.ilmukimia.org/2013/03/pembuatan-aldehida-dan-keton.html (diakses 28 Januari 2014)

Anonim, 2013, “Keton”
http://sherchemistry.wordpress.com/kimia-xii-2/senyawa-karbon/keton/ (diakses 28 Januari 2014)

Anonim, 2013, “Aldehid”
http://sherchemistry.wordpress.com/kimia-xii-2/senyawa-karbon/aldehid/ (diakses 28 Januari 2014)

Anonim, 2014, “Struktur Gugus Fungsi Aldehid”
http://budisma.web.id/struktur-gugus-fungsi-aldehid/ (diakses 28 Januari 2014)

Anonim, 2014, “Senyawa Keton”
http://asefa.xtgem.com/artikel/Kimia/Senyawa%20Keton (diakses 28 Januari 2014)

Anonim, 2013, “Sifat Fisika dan Kimia Aldehid dan Keton”
http://www.ilmukimia.org/2013/03/sifat-fisika-dan-kimia-aldehida-keton.html (diakses 28 Januari 2014)



Friday, November 14, 2014

Makalah Oxyuris vermicularis (Cacing kremi)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit ini dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. Parasit ini lebih banyak didapatkan diantara kelompok dengan tingkat sosial yang rendah, tetapi tidak jarang ditemukan pada orang-orang dengan tingkat sosial yang tinggi. Cacingan, penyakit yang cukup akrab di kalangan anak-anak Indonesia. Mulai dari yang berukuran besar seperti cacing perut, sampai yang kecil setitik seperti cacing kremi (pinworm). Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis adalah parasit yang hanya menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oxyuriasis atau enterobiasis. Oleh awam, kita sering mendengar, Kremian. (Sudarto, 1995)
Enterobiasis juga merupakan penyakit keluarga yang disebabkan
oleh mudahnya penularan telur baik melalui pakaian maupun alat rumah tangga lainnya. Anak berumur 5-14 tahun lebih sering mengalami infeksi cacing Oxyuris vermicularis dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih bisa menjaga kebersihan dibandingkan anak-anak. Berdasarkan hal tersebut, kami mengangkat makalah tentang cacing Oxyuris vermicularis.

1.2              Rumusan Masalah
1.2.1        Apakah yang dimaksud dengan Oxyuris vermicularis?
1.2.2        Bagaimanakah morfologi dari Oxyuris vermicularis?
1.2.3        Bagaimanakah morfologi dari telur telur cacing Oxyuris vermicularis?
1.2.4        Bagaimanakah daur hidup dari Oxyuris vermicularis?
1.2.5        Bagaimanakah epidemiologi dari Oxyuris vermicularis?
1.2.6        Bagaimanakah diagnosa laboratorium dari Oxyuris vermicularis?
1.2.7        Bagaimanakah gejala klinis dari Oxyuris vermicularis?
1.2.8        Bagaimanakah cara pengobatan dan pencegahan Oxyuris vermicularis?

1.3              Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa itu  Oxyuris vermicularis.
1.3.2        Untuk mengetahui morfologi dari Oxyuris vermicularis.
1.3.3        Untuk mengetahui morfologi dari telur cacing Oxyuris vermicularis.
1.3.4        Untuk mengetahui daur hidup dari Oxyuris vermicularis.
1.3.5        Untuk mengetahui epidemiologi Oxyuris vermicularis.
1.3.6        Untuk mengetahui diagnosa laboratorium dari Oxyuris vermicularis
1.3.7        Untuk mengetahui gejala klinis dari Oxyuris vermicularis
1.3.8        Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan Oxyuris vermicularis.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Oxyuris vermicularis
Oxyuris vermicularis atau sering disebut cacing kremi adalah salah satu hewan dari kelas nematoda filum Nemathelminthes. Oxyuris vermicularis disebut cacing kremi karena ukurannya sangat kecil. Cacing kremi hidup di dalam usus besar manusia.
Enterobius vermicularis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Phylum : Nematoda
 Kelas : Plasmidia
 Ordo : Rabtidia
 Super famili : Oxyuroidea
 Family : Oxyuridea
 Genus : Enterobius
 Species : Enterobius vermicularis
 (Faust dan Russel,1992)

2.2  Morfologi Oxyuris vermicularis
Cacing dewasa Oxyuris vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh lebih besar dari pada yang jantan. Ukuran cacing jantan adalah 2-5 mm, cacing jantan mempunyai sayap yang dan ekornya melingkar seperti tanda tanya. Sedangkan ukuran cacing betina adalah 8-13 mm x 0,4 mm, cacing betina mempunyai sayap , bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing betina berbentuk gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk khas dari cacing dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi dijumpai adanya 3 buah bibir, bentuk esofagus bulbus ganda (double bulb oesophagus), didaerah anterior sekitar leher kutikulum cacing melebar, pelebaran yang khas disebut sayap leher (cervical alae). (Srisari G, 2006)
 


2.3  Morfologi telur Oxyuris vermicularis
Ukuran telur Oxyuris vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron  (rata-rata 55 x 26 mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu : lapisan luar berupa lapisan albuminous, translucent, bersifat mechanical protection. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2 sampai 3 minggu, sesudah itu cacing betina akan mati. (Soedarto, 1995).
 

2.4  Daur Hidup Oxyuris vermicularis
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Oxyuris vermicularis dan tidak diperlukan hospes perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak telur pada malam hari dan akan melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah : perianal dan perinium. Migrasi ini disebut Nocturnal migration. Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus, kemudian telur melekat didaerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada tempat tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 ºC dalam waktu 6 jam (Soedarto, 1995)
 Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan. (Srisari G, 2006).

Cara penularan Oxyuris vermicularis :
·         Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau pada orang lain sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau pakaian dalam penderita.
·         Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif.
·         Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri, oleh karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasi kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa. (Srisari G, 2006)
2.5  Epidemiologi
·         Insiden tinggi di negara-negara barat terutama USA 35-41 %.
·         Merupakan penyakit keluarga.
·         Tidak merata dilapisan masyarakat.
·         Yang sering diserang yaitu anak-anak umur 5-14 tahun.
·         Pada daerah tropis insiden sedikit oleh karena cukupnya sinar matahari, udara panas, kebiasaan ke WC (yaitu sehabis defekasi dicuci dengan air tidak dengan kertas toilet). Akibat hal-hal tersebut diatas maka pertumbuhan telur terhambat, sehingga dapat dikatakan penyakit ini tidak berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat tapi lebih dipengaruhi oleh iklim dan kebiasaan.
·         Udara yang dingin, lembab dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan telur.(Soejoto dan Soebari, 1996)

2.6  Diagnosa Laboratorium
Cara memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau telur dari cacing Oxyuris vermiculsris. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
a)      Cacing Dewasa
Cacing dewasa dapat ditemukan dalam feses, dicuci dalam larutan NaCl agak panas, kemudian dikocok sehingga menjadi lemas, selanjutnya diperiksa dalam keadaan segar atau dimatikan dengan larutan fiksasi untuk mengawetkan. Nematoda kecil seperti Oxyuris vermicularis dapat juga difiksasi dengan diawetkan dengan alkhohol 70% yang agak panas. (Harold W. Brown, 1979)
b)     Telur Cacing
Telur Oxyuris vermicularis jarang ditemukan didalam feses, hanya 5% yang positif pada orang-orang yang menderita infeksi ini. (Soejoto dan Soebari, 1996) Telur cacing Oxyuris vermicularis lebih mudah ditemukan dengan tekhnik pemeriksaan khusus, yaitu dengan menghapus daerah sekitar anus dengan “Scotch adhesive tape swab”. (Lynne & David, 1996).

2.7  Gejala Klinis
Enterobiasis sering tidak menimbulkan gejala (asimptomatis). Gejala klinis yang menonjol berupa pruritus ani, di sebabkan oleh iritasi di sekitar anus akibat migrasi cacing betina ke perianal untuk meletakkan telur-telurnya. Gatal-gatal di daerah anus terjadi saat malam hari, karena migrasi cacing betina terjadi di waktu malam (DB Jelliffe,2000).
Cacing betina gravid, sering mengembara dan bersarang di vagina serta tuba fallopi. Sementara sampai di tuba fallopi menyebabkan salphyngitis. Kondisi ini sangat berbahaya, terutama pada wanita usia subur, sebab dapat menyebabkan kemandulan, akibat buntunya saluran tuba. Cacing juga sering ditemukan di appendix. Hal ini bisa menyebabkan apendisitis, meskipun jarang di temukan (Purnomo et al, 2003)

2.8  Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan  enterobiasis efektif jika semua penghuni rumah juga di obati, infeksi ini dapat menyerang semua orang yang berhubungan dengan penderita. Obat-obatan yang di gunakan antara lain piperazin, pirvinium, tiabendazol dan stilbazium iodida (Gandahusada et al., 2006).
Pengobatan enterobiasis adalah sebagai berikut :
·         Piperazin sulfat diberikan dengan dosis 2 x 1 g/hari selama 8 hari,
·         Pirvinium pamoat, di berikan dengan dosis 5 mg/kg berat badan (maksimum 0,25 g ) dan di ulangi 2 minggu kemudian,
·         Piranthel pamoat, di berikan dengan dosis 11mg/kg berat badan single dose, dan maksimum 1 gram,
·         Stilbazium Iodida, dengan dosis tunggal 10-15 mg/kg berat badan. Warna tinja akan menjadi merah karena obat ini (Noer, 2007).
·         Pencegahan dengan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, ganti sprei teratur, ganti celana dalam setiap hari, membersihkan debu-debu kotoran di rumah, potong kuku secara rutin, hindari mandi cuci kakus (MCK) di sungai. Kalau perlu toilet dibersihkan dengan menggunakan desinfektan (Noer, 1999).
·         Selain itu, peningkatan kesehatan perorangan dan kelompok digabung dengan terapi kelompok dapat membantu pencegahan (Garcia dan Bruckner, 1999)





BAB III
PENUTUP

3.1        Simpulan
. Oxyuris vermicularis atau Enterbius vermicularis adalah salah satu hewan dari kelas nematoda filum Nemathelminthes yang sering disebut cacing kremi.
Cacing dewasa Oxyuris vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh lebih besar dari pada yang jantan, dan ujung posterior cacing jantan melingkar sedangkan yang betina lurus meruncing.
Telur Oxyuris vermicularis berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar.
Daur hidup Oxyuris vermicularis dimulai dari terinfeksinya manusia sebagai hospes oleh cacing kremi kemudian cacing dewasa akan bertelur di daerah perianal. Jika telur cacing tertelan oleh hospes yang tidak terinfeksi maka cacing akan berkembang di dalam hospes lain dan mengulang kembali daur hidupnya tersebut.
Cara memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau telur dari cacing Oxyuris vermiculsris dengan metode Scotch adhesive tape swab
Pengobatan  enterobiasis efektif jika semua penghuni rumah juga di obati, infeksi ini dapat menyerang semua orang yang berhubungan dengan penderita

3.2        Saran
Untuk menghindari infeksi dari Oxyuris vermicularis, disarankan dengan menjaga kebersihan secara rutin dan meningkatkan kesehatan diri sendiri dan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_kremi (diakses Minggu, 27 April 2014)