Pages


Saturday, September 24, 2011

Lirik Lagu You’re My Guardian Angel - The Red Jumpsuit Apparatus

When I see your smile
Tears roll down my face I can't replace
And now that I'm strong I have figured out
How this world turns cold and it breaks through my soul

And I know I'll find deep inside me I can be the one
I will never let you fall (let you fall)
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all (through it all)

Even if saving you sends me to heaven
It's okay. It's okay. It's okay.
Seasons are changing
And waves are crashing

And stars are falling all for us
Days grow longer and nights grow shorter
I can show you I'll be the one
I will never let you fall (let you fall)

I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all (through it all)
Even if saving you sends me to heaven
Cuz you're my, you're my, my, my true love, my whole heart

Please don't throw that away
Cuz I'm here for you
Please don't walk away and
Please tell me you'll stay woah, stay woah

Use me as you will
Pull my strings just for a thrill
And I know I'll be okay
Though my skies are turning gray

I will never let you fall
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all
Even if saving you sends me to heaven

Kembali Sahabat





                                        Kembali Sahabat



Disini ku sendiri menetap rona yang kian memudar
Dalam kehampaan gulita tiada cahaya
Tanpa hadirmu sahabat
Bila esok masih tersisa
Ku kan coba hadapi hari yang penat ini

Kenapa waktu secepat kilat bertepi ?
Hingga tak bisa ku pungkiri, engkau pergi
Meninggalkanku dalam gundah hati tak terobati

Hati ini tak henti berucap  “Kapan kau kembali lagi ?”
Ku kan  menunggumu, menunggu dan terus menunggu.
Menunggu hari indah dengan senyummu

Andai ku bisa, kan ku gapai kerlipan malam
Ku minta tuk memutar masa,
Masa tatkala kita bersemi,
Merajut semua yang telah kelam
Merangkai karangan kisah suka duka

Tapi, waktu hanya membisu, 
Menatapku pilu…..



Friday, September 23, 2011

(cerpen) Pilih BENCI apa CINTA???

Ku lihat mentari masih enggan beranjak dari atas sana, uugghhhh… panasnya. Di keramaian halte, aku dan orang-orang serempak mengibas-ngibaskan tangan ke wajah lantaran gerah, maklum aja, siang-siang begini di Jakarta gak akan pernah bebas dari panas, polusi dan pencemaran lingkungan.
“Halo, selamat siang, dengan siapa ya” sapaku pada orang yang berada di seberang sana.
“halo Irene Lestari alias “Rin”… gue Mitha sobat lo, masa baru 4 bulan gak ketemu lo nglupain  suara gue sih.”
“Astaga, Mitha! Gue seneng banget elo kabarin gue, elo dimana sekarang? Udah sampe di Jakarta?”
“Belom lah Rin, tapi seminggu lagi gue bakal pulang kok, sabar ya! Sekalian gue pengen pindah ke SMA tempat lo sekolah. Abis gue kangen sama elo. Hihihi…”
“Hye…. Hore…..” teriakku sembarangan, sehingga banyak yang menoleh padaku. Haha.. aku jadi malu tingkahku emang kayak anak kecil yang baru dibeliin permen, padahal udah kelas 3 SMA.
“Ya udah tunggu gue ya Rin, bye….”
“Tut…tut…..tut….” telepon kita terputus.
Tak lama kemudian Bis yang udah aku tunggu dari 2 tahun yang lalu, eh salah.. 2 jam yang lalu akhirnya nongol juga.  Spontan aja semua berlarian menuju bis itu aku hanya bisa pasrah saat menahan sakit dari injakan kaki-kaki orang (sok tabah nieh). Setelah berhasil menerobos masuk,aku berlari melihat ada kursi yang masih kosong di tempat  biasanya aku duduk. Tapi bersamaan juga kursi itu telah duluan diduduki oleh seorang cowok.
“Eh, kursi ini gue yang pertama liat.” Ujarku  dengan nada kesal.
“Ye.. Gue yang dudukin pertama lagian masih banyak tempat duduk dibelakang. Cewek aneh lo.” Balas cowok itu.
“Lo tuh harusnya ngalah dong sama cewek, gak punya perasaan  lo ya!” Dengan  kesal aku terpaksa cari tempat duduk lain di belakang.
“Emang sih ganteng, tapi sok banget, baru juga hari ini aja gue liat dia naik bus ini, udah blagu. Enak aja dia mau ngambil tempat duduk gue.” Gumamku dalam hati. Sesekali aku melihat jam di handphone-ku,
“Hah? Jam  8? Duh… udah telat nih… Tuhan, mudah-mudahan guru-guru lupa mencet bel masuk kelas.” Ujarku uring-uringan.
Bis itu berhenti di depan sekolah SMA BAKTI BANGSA. Aku pun tergesa-gesa masuk ke sekolah.
 ******

“Irene Lestari! Kenapa kamu terlambat lagi? Apa kamu bilang bis yang kamu tumpangi mogok? Bannya kempes atau kali ini mau bilang Supirnya yang mogok?” suara Buk Litha, guru Kimia plus menyabet predikat sebagai guru tergalak, memandangku marah.
“Ssaa…. Sssaaayyy….. saya telat bangun buk. Maaf.”
“Apa? Maaf? Kamu pikir dong dari dulu udah berapa kata maaf yang kamu keluarkan karena salahmu? Tapi apa kamu bisa berubah? Sebagai hukumannya, kamu ibuk tugaskan untuk mengisi penuh LKS kimia dari halaman 1 sampai akhir.”
Dengan lemas aku menganggukkan kepala  dan segera menuju ke tempat dudukku.
Saat itu aku bener-bener sial dan sial, (jadinya sial kuadrat)  karena cowok aneh yang kutemui di bus tadi adalah murid baru di sekolahku. Tambah ngeselin lagi ni ya,  masa baru sekolah disini udah dapet fans banyak banget. Hampir semua cewek-cewek disini naksir sama dia. Katanya ganteng, murah senyumlah, ramahlah. Padahal mereka gak tau kalo tu cowok ngeselin and sok keren.
******
1 minggu berlalu. Dan hari inilah yang paling aku tunggu-tunggu. Because (alahhh…. Sok ber-english segala) sobatku Mitha hari ini jadi pindah ke sekolahku.
“Akhirnya Mith, kita jadi sobatan deket kayak SMP dulu, gue seneng banget.” Sambutku pada Mitha yang saat itu udah resmi menjadi siswa SMA BAKTI BANGSA.
“Gue juga, kayaknya kita itu lebih cocok jadi saudara kali ya, abis gue gak bisa jauh dari lo.” Balas Mitha tak kalah bahagianya.
“Eh, Mith, lo tau kan anak baru di kelas kita selain elo? Itu yang cowok tuh, siapa namanya? Gue lupa. A .… A.. Adddrrraaaaaa…… Adrrrrrroooo…. Mmmmmhhh…. Owh ea! Adrian.” Ujarku lirih (kalo di film kartun pasti ada gambar bohlam menyala di atas kepala. Hihihihi…)
“Tau, emang dia kenapa? Elo ngefans juga sama dia?”
“Enak aja, gue? Ngefans sama cowok sok keren kayak dia? Dunia bentar lagi kiamat kalo ampe gue ngefans sama dia.”
“ Kok gitu? Bukannya dia itu ganteng, tinggi, putih, anak basket lagi.”
“Biarpun kata orang dia banyak punya kelebihan, tapi dimataku, dia Cuma sosok cowok yang sok cool, gak menghargai cewek, dan….. dan…… mmmhhhmmmm….  dan…. Pokoknya sok banget deh.”
“Awas ntar lo jatuh cinta sama dia…” kata Mitha menggodaku.
Aku sama sekali tidak menggubris ucapan Mitha dan langsung pergi begitu saja.
******
Cuaca  hari ini sangat panas. tapi tetep aja aku bersikeras untuk berlatih basket. Soalnya pertandingan basket putri udah deket. Berkali-kali aku men-drible bola dan memasukkan ke dalam ring, tapi saat aku mulai kelelahan, ku lihat disekitarku mulai redup, gelap dan…..
“Brrrrruuuuukkkkk” Tubuhku yang lemas terkapar di lapangan.
Perlahan aku membuka mata, ku lihat disekelilingku, semuanya putih, aku kira aku udah mati dan tenang  in paradise, eh ternyata itu klinik, bukan surga yang seperti aku bayangkan tadi. Duh… nasib…nasib…. Terlihat sosok yang tak asing bagiku sedang menungguiku. Mungkin dia yang telah menolongku.
“Addddrrriiiiiaaaaannnnn…….!!!!!” Aku terperanjat, aku baru sadar ternyata yang ada disampingku itu cowok yang paling aku benci sedunia (kejauhan, ya?).
“Kenapa lo? Kayak baru liat setan ajah.”
Suara cowok itu membuat tenggorokanku tercekat, aku bagai patung didepannya. Kenapa aku jadi aneh gini? Aku masih teringat dengan ucapan Mitha “Awas lo ntar jatuh cinta sama dia.”…… duh,,,, plis Rin, sadar. Gue gak mungkin suka sama Adrian, gue kan benci sama dia. Dunia bentar lagi kiamat woy.
“Hey….. Irene, kok bengong? Lo masih benci sama gue sejak kejadian di bus itu ya?”
“E…..e…. I, iya, gue benci sama elo. Abisnya lo kasar banget.”
“Itu karena lo belum tau gue. Masih bagus gue mau nolongin elo pingsan, kalo gak, kita gak tau apa yang akan terjadi,”
“Jadi gue harus bayar semua jasa elo ke gue gitu?”
“Bisa jadi, karena gue udah nyelametin nyawa  lo.”
“Ok. Lo mau gue traktir apa? Gue gak mau lari dari masalah” tanyaku sok kaya.
“Gue gak perlu traktiran, gue bisa beli apapun.”
“Terus? Maksud lo apa?” Aku semakin tidak mengerti dengan Adrian.
“ Hari Sabtu Jam 5 sore di taman, harus dateng.” Setelah mengucapkan kalimat itu, Adrian langsung pergi meninggalkan aku yang masih dipenuhi oleh pertanyaan.
******
Aku masih memikirkan ucapan Adrian yang seolah dia mengajakku kencan. Tapi anehnya kenapa aku malah merasa deg-degan kayak gini? Apa ini bener-bener cinta?
“Aaaarrrggghhh…… gak boleh, gue kan punya harga diri, biar sok jual mahal gitu, mending jangan dateng ntar, tapi gak enak.. kalo dia serius gimana? Apa dia Cuma mau ngejailin gue?” Pikirku berulang-ulang. Dari tadi pagi sampe jam 2 lewat 15 sore, aku masih aja mikirin ucapan cowok aneh itu. Apa sih maksudnya ini.
Di sudut taman, duduk seorang cowok ganteng, cool, dengan penampilan memukau membawa setangkai bunga mawar merah. Disana terlihat ia mematung sendirian menunggu seorang yang penting.
“Akhirnya lo dateng juga.”
“Ternyata lo serius nugguin gue disini, padahal gue pikir lo Cuma pengen ngisengin gue.”
“Gue gak akan pernah iseng dalam memilih cinta gue saat ini.”
“Maksudnya?” Jujur aja, kata-kata Adrian membuatku makin grogi.
“Rin, elo pernah jatuh cinta?” Tiba-tiba pertanyaan Adrian membuatku kelabakan untuk menjawab.
“Apa? Jatuh cinta? Sebenernya gue juga gak tau apa gue pernah jatuh cinta. Mungkin saat ini belum.”
“Kalo misalnya ada yang mau nembak elo sekarang dan orang itu cinta banget sama elo, apa elo mau terima?”
“Kalo gue sih menurut keyakinan hati dan perasaan gue, lagian mustahil kalo ada yang naksir cewek buruk rupa kayak gue. Hahaha..” Aku tertawa garing sendiri. Kayaknya jantungku berdegup kenceng banget. Keringatku mengucur deras di punggungku rasanya. Duh, kok tiba-tiba gue jadi aneh gini? Biasanya keliling lapangan 4 kali aja ga ada keringet, yang ini, padahal gak olahraga, kok bisa keringetan dingin gini sih?
“Plis deh Irene, jangan permalukan dirimu didepan orang ini. Bersikaplah wajar, jual mahal dikit kek.” Gumamku untuk menenangkan gundah hatiku.
“Hey…hey… kok bengong Rin?” Suara Adrian kali ini membuat aku tersentak setengah mati.
“Mmmmhhh….. Eng, Enggak kok, Cuma lagi mikirin sesuatu.”
“Eh, Rin. Mhhhmmmm…. Elo, elo mau gak jadi….. pac….”
“Oh, ya, gue lupa kan besok ulangan fisika. Bahannya yang mana aja?” Uuhhh….. bodohnya aku memotong  pembicaraannya. Padahal aku tahu dia mau ngomong apa tadi. Bego! Bego!
“Oh... pelajari Bab 2 ampe 3.” Wajah Adrian seketika berubah masam memucat.
“Sory ya, gue hari ini mau masak, kebetulan nyokap gue lagi gak ada dirumah. Kasian adek gue, gue boleh kan pulang duluan?”
“Boleh.” Yang kudapat hanya jawan yang sangat singkat.
Aku menyesal udah motong ucapannya tadi, tapi aku berharap dia bisa berkata sama lain kali padaku. Aku berharap dia nembak aku lagi.
******
“Huh, hari yang masih saja membosankan.” Keluhku setengah kesal.
Hari ini aku ada janji menemui Riko, orang yang selama ini paling baik sama aku. Dan entah kenapa dia mendadak pengen bicara 4 mata gitu, kesambet apaan ya tu anak?
“Hai Rik, tumben nih ada masalah apa?” Tanyaku dengan ekspresi datar.
“Gue cuma mau kita jadian.”
Aku merasa tertampar oleh ucapan Riko, heran, kenapa bocah yang satu ini enteng banget ngajak jadian.
“Hey! Denger gak sih?” Riko membangunkanku dari lamunan yang gak masuk akal.
“Elo kenapa sih? Kok tiba-tiba gini?”
“Pokoknya elo harus jadian sama gue, dan resmi dari sekarang, TITIK!!!”
Setelah Riko pergi, ucapannya yang terakhir tadi mengunci mulutku untuk protes. Mana bisa dia bertindak otoriter kayak tadi? Padahal aku tidak pernah menganggap dia lebih dari sahabat.
Kakiku lemas membawaku ke koridor sekolah. Tapi, tanpa sengaja dibalik tembok yang menjadi sekat koridor, aku menangkap ada percakapan yang serius. Aku melihat Riko dan teman-temannya, mereka merencanakan sesuatu dan semua kini sudah kudengar. Setelah mereka semua pergi membawa tongkat  masing-masing, hampir 30 menit aku mencerna dan berusaha mengartikan apa yang mereka rencanakan tadi.
“Tunggu dulu, anak baru sok ganteng, kan Adrian, pembalasan, taman,  hah!”
 Aku terperanjat, ternyata Riko hanya memanfaatkanku agar dia bisa membuat Adrian cemburu. Dan tadi mereka bilang bakalan ada pesta habis-habisan, kok bawa tongkat segala, emang pesta ngapain?
“ASTAGA…!! Jangan-jangan….”
Aku segera melangkah secepat kilat, berlari sekencang-kencangnya, tapi aku melihat Riko cs semakin dekat, dan berpapasan denganku,  aku pun melangkah seperti biasa, takut mereka mencurigaiku.
“Eh, Riko. Kemana tadi? Kok bawa tongkat?”
“Tadi kami abis beresin anjing yang ganggu kami. Ya gak brow? “
Teman-temanny hanya tertawa sejadi-jadinya. Dan mereka berlalu begitu saja.
Aku semakin curiga, dan kecurigaanku memang benar. Aku menemukan sosok laki-laki tergeletak di bawah kursi taman yang saat itu masih memegang setangkai mawar dengan erat.
“Aaaaaadddrrrrriiiiaaaannnnn……. Aku terkejut setengah mati, kini aku menemukan cowok yang aku cintai tersiksa. Tak terasa air mata telah membanjiri pipiku.”
“Rin,, elo beneran…….. ja…. Jadian….. sama si bbbbrrreeengggsek iiittuu?”
“Enggak!! Dia Cuma manfaatin gue! Jangan pikirin itu, bentar ya, gue telpon ambulance dulu.”
“Jangan! Gue gak apa-apa, ditemenin elo aja, gue udah ssseehat kok…”
Aku segera menyandarkan kepalanya dibawah pohon. Aku mengeluarkan saputanganku dan kuikatkan ke tangan Adrian yang terluka agar darahnya tidak banyak yang keluar.
“Kenapa elo nangis Rin? Gue ini kan Cuma temen biasa yang mendadak sial hari ini, gue gak perlu ditangisin,  kan gue belom mati.” Desah Adrian tersenyum kecil.
“Jangan ngomong gitu! Gue gak suka elo ngomong pake bilang mati-mati segala. Kalo elo mau mati, ok! Gue pergi.”
aku berusaha bangkit tapi, Adrian menarik lenganku dan aku dipeluknya. Aku merasa nyaman di dekatnya, aku menangis dipelukan Adrian saat itu.
“Menangislah sepuasmu, keluarkan semua emosimu.”
“Aku….. aku sebenernya tau apa yang kamu mau bilang ditaman kemaren.” (mendadak pake bahasa aku-kamu)
“tanggapanmu?” Sepertinya Adrian memancingku agar bicara yang sebenarnya.
“A…. Aku, juga cinta padamu.” Aku memberanikan diri untuk mengatakannya
“Rin, kamu mau kan jadi pacarku?”
Pandangan kami  beradu. Dan dia semakin mendekatkan wajahnya ke wajahku. Saat itu, kami benar-benar hanyut ke dalam cerita cinta yang membuat semua orang terjebak untuk terlibat ke dalamnya. Tapi semua akan merasakan indahnya makna itu. Aku terhanyut olehnya.
******
Esoknya aku melangkah penuh kemarahan. Ternyata orang yang kucari-cari ada di kantin bersama teman se ganknya itu.
“Plaaaaak!”  Sebuah tamparan kudaratkan ke pipi Riko. Entah setan apa yang merasukiku sehingga aku berani berbuat nekat padanya.
“Hey! Ada apa? Elo mau perhatian juga dari gue. Tenang aja sayang, kamu tetep jadi pacarku kok, hahahaha……”
“Seumur hidup gue gak sudi pacaran sama pengecut kayak kalian! Bisanya Cuma maen keroyokan doang!” Sesaat setelah itu, datang Pak Kepsek dan  para polisi. Dan ternyata Riko cs memang jadi tersangka pemerkosaan gadis dan penganiayaan antarpelajar yang gak lain adalah kejadian keroyokan kemaren. Aku lega bisa menegakkan keadilan dengan melaporkan mereka (sok pahlawan).
“Thanks Rin, elo bener-bener hebat, gak salah gue jadiin elo pacar.” Puji Adrian, pacarku tercinta. Ciiiiiyyyyeeehhhh…. Makin Ge-er nih!
“Kalo gue gak hebat, elo gak mau jadiin gue pacar gitu?”
“Enggak juga, cewek manja! Hahaha..”
“Apa lo bilang? Gue cewek manja eh…. Jangan lariii…. Awas ya! Aaadddrrrrrriiiiaaaannnnn gue benci elo!”
“Benci apa cinta? Hahaha,,,”
“Awas lo ya! Hahahaha…..”
“Ciyehhh…. 2 sejoli menjalin cinta nih..” rayu Mitha, sahabat baikku.

Dan aku gak pernah menyesal merasakan cinta
Cinta yang murni….
Yang kudapat dari Adrian,
Awalnya Benci, tapi jadi cinta... ^_^
                                          -selesai-